Rabu, 26 Agustus 2009

>>>Pedodonsia room`s>>>

-PULPOTOMI-

Nama : Titian Putri
Nim : 061610101024


PULPOTOMI

Pulpotomi adalah pengambilan jaringan pulpa pada bagian koronal gigi yang telah mengalami infeksi, sedangkan jaringan pulpa yang terdapat dalam saluran akar ditinggalkan.(Tarigan, 1994:117) atau dapat diartikan pembuangan pulpa vital dari ruang pulpa, dengan meninggalkan jaringan pulpa pada saluran akar dalam keadaan sehat dan vital. Kemudian diikuti penempatan medikamen di atas orifice yang akan menstimulasikan perbaikan atau memfiksasi sisa jaringan pulpa pada saluran akar. Konsekuensi umum pulpotomi adalah permulaan terjadinya perubahan-perubahan degenerative yang kemudian akan mengakibatkan klasifikasi saluran akar. Saluran akar gigi-gigi tersebut akan tidak memungkinkan untuk perawatan endodontic jika nantinya diperlukan karena adanya kelainan periapeks. (Bence. 1990: 12)

Tujuan perawatan pulpotomi

Tujuan perawatan pulpotomi adalah menghilangkan semua jaringan pulpa yang terinfeksi.

Indikasi perawatan pulpotomi

  • Penderita

- Kooperatif

- Keadaan umum baik

- Penderita dengan kontra indikasi pencabutan

  • Gigi :

- Perforasi <>

- Perdarahan sedikit

- Gigi permanen muda

- Gigi yang perforasi karena karies namun lebih menguntungkan bila dirawat daripada dilakukan pencabutan

- Peradangan pulpa hanya terbatas pada ruang pulpa.

(Soekidjo, 2008)

Pada perawatan pulpotomi penggunaan formokresol ditujukan sebagai pengganti kalsium hidroksida. Bahan aktif dari formokresol yaitu 19% formaldehid, 35% trikresol ditambah 15% gliserin dan air. Trikresol merupakan bahan aktif yang kuat dengan waktu kerja pendek dan sebagai bahan antiseptic untuk membunuh mikroorganisme pada pulpa gigi yang mengalami infeksi atau inflamasi sedangkan formaldehid berpotensi untuk memfiksasi jaringan. Sweet mempelopori penggunaan formokresol untuk perawatan pulpotomi. Awalnya perawatan pulpotomi dengan formokresol ini dilakukan sebanyak empat kali kunjungan namun saat ini perawatan pulpotomi dengan formokresol dapat dilakukan untuk satu kalikunjungan.

Beberapa studi telah dilakukan untuk membandingkan formokresol dengan kalsium hidroksida dan hasilnya memperlihatkan bahwa perawatan pulpotomi dengan formokresol pada gigi sulung menunjukkan tingkat keberhasilan yang lebih baik daripada penggunaan kalsium hidroksida. Formokresol tidak membentuk jembatan dentin tetapi akan membentuk suatu zona fiksasi dengan kedalaman yang bervariasi yang berkontak dengan jaringan vital. Zona ini bebas dari bakteri dan dapat berfungsi sebagai pencegah terhadap infiltrasi mikroba25. Keuntungan formokresol pada perawatan pulpa gigi sulung yang terkena karies yaitu formokresol akan merembes melalui pulpa dan bergabung dengan protein seluler untuk menguatkan jaringan. Penelitian-penelitian secara histologis dan histokimia menunjukkan bahwa pulpa yang terdekat dengan kamar pulpa menjadi terfiksasi lebih ke arah apikal sehingga jaringan yang lebih apikal dapat tetap vital. Jaringan pulpa yang terfiksasi kemudian dapat diganti oleh jaringan granulasi vital.Perawatan pulpotomi formokresol hanya dianjurkan untuk gigi sulung saja,

diindikasikan untuk gigi sulung yang pulpanya masih vital, gigi sulung yang pulpanya

terbuka karena karies atau trauma pada waktu prosedur perawatan.(Riyanti,2008:9-10)

Tindakan pulpotomi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pulpotomi vital dan pulpotomi non vital.

PULPOTOMI VITAL

Pulpa vital adalah membuang seluruh jaringan pulpa bagian koronal namun tetap meninggalkan jaringan pulpa pada saluran akar tetap vital.

Indikasi

  • Pulpa vital, bebas dari supurasi ataupun tanda-tanda lain dari nekrosis.
  • Pulpa terbuka oleh karena faktor mekanis (trauma preparasi) selama preparasi kavitas yang kurang hati-hati atau tidak sengaja.
  • Pulpa terbuka oleh karena trauma dimana pulpa sudah lebih dari 2 jam tetapi tidak lebih dari 24 jam dan belum terjadi infeksi periapikal
  • Gigi masih dapat diperbaiki dan minimal didukung lebih dari 2/3 panjang kar
  • Tidak ada kehilangan tulang bagian interdental
  • Pada gigi posterior dimana exterpasi pulpa sulit dilakukan
  • Apeks akar belum tertutup sempurna

Kontra indikasi

  • Sakit bila diperkusi atau dipalpasi
  • Adanya radiolusen pada daerah periapikal atau interradikuler
  • Mobility patologik
  • Ada pus pada pulpa terbuka
  • Kesehatan umum penderita kurang

Keuntungan

  • Dapat diselesaikan dengan waktu singkat, hanya 1-2 kali kunjungan
  • Pengambilan pulpa hanya di bagian koronal, hal ini menguntungkan karena pengambilan jaringan pulpa bagian saluran akar sukar, karena adanya ramifikasi.
  • Iritasi instrument atau obat-obatan terhadap jaringan periapikal dapat dihindarkan
  • Bila perawatan ini gagal dapat dilakukan pulpotomi devital/ pulpektomi.

(Tarigan, 1994: 117-119)

Cara perawatan Pulpotomi vital:

  • Siapkan instrumen dan bahan. Pemberian anestesi lokal untuk mengurangi rasa sakit

saat perawatan

  • Isolasi gigi dengan memasang rubber dam, jika rubber dam tidak bisa digunakan isolasi dengan kapas dan saliva ejector dan jaga keberadaannya selama perawatan.
  • Preparasi kavitas perluas bagian oklusal dari kavitas sepanjang seluruh permukaan oklusal untuk memberikan jalan masuk yang mudah ke kamar pulpa.
  • Ekskavasi karies yang dalam.
  • Buang atap pulpa dengan menggunakan bor fisur steril dengan handpiece berkecepatan rendah. Masukkan ke dalam bagian yang terbuka dan gerakan ke mesial dan distal seperlunya untuk membuang atap kamar pulpa.
  • Buang pulpa bagian korona, hilangkan pulpa bagian korona dengan ekskavator besar atau dengan bor bundar kecepatan rendah.
  • Cuci dan keringkan kamar pulpa, semprot kamar pulpa dengan air atau saline steril, syringe disposible dan jarum steril. Penyemprotan akan mencuci debris dan sisa-sisa pulpa dari kamar pulpa. Keringkan dan kontrol perdarahan dengan kapas steril.
  • Aplikasikan formokresol, celupkan kapas kecil dalam larutan formokresol, buang kelebihannya dengan menyerapkan pada kapas dan tempatkan dalam kamar pulpa, menutupi pulpa bagian akar selama 4 sampai dengan 5 menit.
  • Berikan bahan antiseptic, siapkan pasta antiseptik dengan mencampur eugenol dan formokresol dalam bagian yang sama dengan zinc oxide. Keluarkan kapas yang mengandung formokresol dan berikan pasta secukupnya untuk menutupi pulpa di bagian akar. Serap pasta dengan kapas basah secara perlahan dalam tempatnya. Dressing antiseptik digunakan bila ada sisa-sisa infeksi.
  • Restorasi gigi, tempatkan semen dasar yang cepat mengeras sebelum menambal dengan amalgam atau penuhi dengan semen sebelum preparasi gigi untuk mahkota stainless steel. (Riyanti, 2008:10-12)

Ekskavasi karies Buang atap kamar pulpa

Buang pulpa dikamar Pemotongan pulpa di orifis

pulpa dengan ekskavator dengan bor bundar kec.rendah, Pemberian formokresol Pengisian kamar pulpa

dengan campuran zinc oxide,

formokresol , & eugenol.

Gigi yang telah di restorasi.

Gambar (Langkah Perawatan Pulpotomi Vital Formokresol Satu Kali Kunjungan)

(sebelum dilakukan pulpotomi vital) (6 bulan setelah dilakukan pulpotomi vital)

DEVITAL PULPOTOMI

Pulpotomi devital adalah pengambilan jaringan pulpa yang terdapat dalam kamar pulpa yang sebelumnya telah di devitalisasi, kemudian dengan pemberian obat-obatan jaringan pulpa dalam saluran akar ditinggalkan dalam keadaan aseptic dan diawetkan.(Tarigan, 1994: 119). Prinsip dasar perawatan endodontik gigi sulung dengan pulpa non vital adalah untuk mencegah sepsis dengan cara membuang jaringan pulpa non vital, menghilangkan proses infeksi dari pulpa dan jaringan periapikal, memfiksasi bakteri yang tersisa di saluran akar.()

Indikasi :

  • Gigi sulung dengan pulpa vital yang terbuka oleh karena karies dan trauma
  • Penderita dengan perdarahan yang berat
  • Gigi dengan saluran akar yang bengkok, atau lokasi gigi sukar untuk dilakukan suatu pulpektomi
  • Bila perawatan vital sukar dilakukan misalnya kesukaran untuk melakukan penyuntikan atau anastesi lokal.(Tarigan. 1994: 120)

Cara perawatan devital pulpotomi :

Kunjungan pertama:

  • Siapkan instrumen dan bahan.
  • Isolasi gigi dengan rubber dam.
  • Preparasi kavitas.
  • Ekskavasi karies yang dalam.
  • Buang atap kamar pulpa dengan bor fisur steril dengan handpiece kecepatan rendah
  • Buang pulpa di bagian korona dengan ekskavator besar atau dengan bor bundar.
  • Cuci dan keringkan pulpa dengan air /saline steril, syringe disposible dan jarum steril.
  • Letakkan paraformaldehid pada bagian terdalam dari kavitas.
  • Tutup kavitas dengan tambalan sementara.
  • Dengan memakai paraformaldehid instruksikan pasien untuk kembali 7 sampai dengan 10 hari

Kunjungan kedua :

  • Isolasi gigi dengan rubber dam.
  • Buang tambalan sementara, lihat apakah pulpa masih vital atau sudah non vital. Bila masih vital lakukan lagi, perawatan seperti pada kunjungan pertama, bila pulpa sudah non vital lakukan perawatan selanjutnya.
  • Jaringan pulpa dikamar pulpa dibuang dan dibersihkan
  • Aplikasi sub basse semen zinc oxide eugenol + formokresol
  • Basis ZnPO4
  • Restorasi gigi dengan tambalan permanen.(Riyanti,2008:12-14)

Keberhasilan Pulpotomi

Perawatan pulpotomi dinyatakan berhasil apabila kontrol setelah 6 bulan tidak ada keluhan, tidak ada gejala klinis, tes vitalitas untuk pulpotomi vital (+), dan pada gambaran radiografik lebih baik dibandingkan dengan foto awal.


air mata ku adalah doa ku kpd Mu ya Allah..

Allohu Akbar... memuja Mu begitu indah....

Sabtu, 22 Agustus 2009

my first ramadhan...

tadi siang hari puasa pertama,,, dateng ke nikahan kokoh gw,,, di gereja heheheh buat pertama kali gw liat nikahan digreja.. ngumpul rame2 sama keluarga besar,, emmm cenengnya,, apa lg sekarang gw lagi maw taraweh berjamaah rame2 sama keluarga besar gw dikamar ge,,, love you 4JJl,, thanks for ur bless to my family,,, i always miss you God,, dd syg Allah...

Jumat, 21 Agustus 2009

besokpuasa

jkt..jumat 21 agust 2009,, 02:59 at my room,

waduh ga kerasa euy besok dah mulai puasa,, emm td mlm gw seneng bgt, buat pertama kalinya gw ngerasain seseneng ini:):) btw,,,puasa kali ini gw belum punya target nih,, kira2 apa ya target gw...
*ngaji minimal 5halaman/ hari
*tahajudnya diusahakan tiap hari atau minimal 2hr sekali
*buat list doa,, heheh biar semuanya bisa kedoain
*sholat sunnahnya di rajinin... sholat duha.. sm sholat sebelum dan sesudah sholat wajib...
*kurangin denger2 lagu ganti sama mp3 alquran...
*jangan tidur mlm2 terus tar ga bs bangun saur..
hehhehehe bismillah smoga lancar.. i love u 4JJl...
smoga ramadhan kali ini mbawa berkah, pahala dan ridho serta diampuni dosa2nya,, specialy i pray for my lovely mom, my bro my sista n all of people around me... ya 4jjl jagalah mamaku tersayang... i love u so much my the only one,Allah

Rabu, 19 Agustus 2009

Furcation Involvement dan fase pemeliharaan..

NAMA : TITIAN PUTRI

NIM : 061610101024

Perawatan Periodontal

Tujuan utama perawatan periodontal tidak hanya menghentikan penyakit periodontal, tetapi juga menggantikan bagian jaringan penyangga yang mengalami kerusakan). Keberhasilan perawatan periodontal sangat bergantung kepada kesempurnaan dalam menghilangkan keradangan gingiva, perdarahan gingiva, mengurangi kedalaman poket, menghentikan proses infeksi, menghentikan pembentukan pus, menghentikan kerusakan jaringan lunak dan tulang, mengurangi kegoyangan gigi, memperbaiki fungsi oklusi, memperbaiki jaringan yang mengalami kerusakan, mencegah rekurensi penyakit, serta mengurangi hilangnya gigi-geligi. Serta dapat meramalkan regenerasi jaringan periodontium pada sisi yang mengalami kerusakan. Regenerasi yang diharapkan antara lain terbentuknya sementum, ligamentum periodontal dan tulang alveolar. Proses regenerasi jaringan, perbaikan jaringan, pembentukan perlekatan baru, merupakan aspek yang terdapat pada proses penyembuhan setelah perawatan periodontal. Regenerasi jaringan periodontium merupakan proses fisiologis yang terus berlanjut.

Rangkaian Perawatan Periodontal

Perawatan periodontal meliputi beberapa fase antara lain , fase I yaitu fase terapi inisial, merupakan fase dengan cara menghilangkan beberapa faktor etiologi yang mungkin terjadi tanpa melakukan tindakan bedah periodontal atau melakukan perawatan restoratif dan prostetik. Berikut ini adalah beberapa prosedur yang dilakukan pada fase I adalah Memberi pendidikan pada pasien tentang kontrol plak, Scaling dan root planning, Perawatan karies dan lesi endodontic, Menghilangkan restorasi gigi yang over kontur dan over hanging, Penyesuaian oklusal (occlusal ajustment), Splinting temporer , Perawatan ortodontik. Yang kemudian dilakukan evaluasi respon terapi fase I, koreksi terhadap deformitas anatomikal seperti poket periodontal, kehilangan gigi dan disharmoni oklusi

Fase II adalah kelanjutan dari evaluasi respon terapi fase I yang berkembang sebagai suatu hasil dari penyakit sebelumnya dan menjadi faktor predisposisi atau rekurensi dari penyakit periodontal. Berikut ini adalah bebertapa prosedur yang dilakukun pada fase ini dilakukan, bedah periodontal untuk mengeliminasi poket dengan cara kuretase gingiva, gingivektomi, prosedur bedah flap periodontal, rekonturing tulang (bedah tulang) dan prosedur regenerasi periodontal (bone and tissue graft). Kemudian Penempatan Implant serta perawatan endodontik.

Terapi fase III (fase restoratif) dengan melakukan Pembuatan restorasi tetap dan alat prostetik yang ideal untuk gigi yang hilang. Dan kemudian dilakukan evaluasi respon terhadap terapi fase III dengan pemeriksaan periodontal.

Dan terakhir adalah terapi fase IV (fase pemeliharaan) dilakukan untuk mencegah terjadinya kekambuhan pada penyakit periodontal. Sehigga perlu dilakukan control periodic. Berikut ini adalah beberapa prosedur yang dilakukan pada fase ini adalah riwayat medis dan riwayat gigi pasien, Reevalusi kesehatan periodontal setiap 6 bulan dengan mencatat scor plak, ada tidaknya inflamasi gingiva, kedalaman poket dan mobilitas gigi, Melekukan radiografi untuk mengetahui perkembangan periodontal dan tulang alveolar tiap 3 atau 4 tahun sekali, Scalling dan polishing tiap 6 bulan seksli, tergantung dari evektivitas kontrol plak pasien dan pada kecenderungan pembentukan kalkulus, Aplikasi tablet fluoride secara topikal untuk mencegah karies. Keinginan dan kemampuan pasien dalam memelihara diri sendiri selama fase perawatan merupakan langkah yang paling penting.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan

Proses penyembuhan pada dasarnya sama untuk setiap jenis perawatan. Proses regenerasi jaringan, perbaikan jaringan, pembentukan perlekatan baru merupakan aspek yang terdapat pada penyembuhan setelab perawatan periodontal.

Beberapa istilah perlu dibedakan dalam hubungannya dengan proses penyembuhan dan regenerasi jaringan periodontium. Istilah reattachment atau perlekatan kembali digunakan untuk menerangkan proses regenerasi struktur jaringan penyangga gigi setelah suatu perawatan. Perlekatan kembali lebih ditujukan untuk menerangkan adanya reunion jaringan ikat dengan akar gigi yang terpisah karena adanya injury atau insisi. Keadaan tersebut misalnya: setelah suatu tindakan bedah, trauma daerah sementum, fraktur gigi, atau perawatan lesi periapikal. Istilah new attachment atau perlekatan baru menerangkan proses reunion jaringan ikat dengan permukaan akar gigi yang terbuka karena proses patologis. Pada keadaan ini terjadi pembentukan serat ligamentum baru yang tertanam pada sementum baru dan melekatnya epitel gingiva pada permukaan akar gigi yang terbuka sebelumnya karena proses penyakit. Adaptasi epitel atau epithelial adaptation berbeda dengan perlekatan baru. Pada keadaan ini epitel gingiva melekat ke permukaan akar gigi, karena perawatan poket yang tidak sempurna sebelumnya. Probe tidak dapat masuk ke dalam celah poket. Menurut penelitian sulkus gingiva yang dalam ini dibatasi oleh epitel yang panjang, tipis, tahan terhadap penyakit dan merupakan perlekatan jaringan ikat sebenarnya. Tetapi Nyman dan kawan-kawan menyatakan bahwa jaringan ikat gingiva tidak mempunyai kemampuan untuk membentuk perlekatan jaringan ikat baru pada permukaan gigi yang terbuka karena proses penyakit.

Proses penyembuhan dipengaruhi oleh faktor lokal dan sistemik. Faktor lokal seperti kontaminasi mikroorganisme, oklusi merupakan faktor yang sering menghambat penyembuhan jaringan. Menghilangkan plak dan semua factor yang mempermudah retensi plak serta menghilangkan tekanan yang berlebihan, dapat meningkatkan regenerasi tulang dan menghasilkan perlekatan jaringan baru. Kelainan sistemik dapat mempengaruhi atau menghambat penyembuhan jaringan setelah perawatan periodontal; penyembuhan jaringan akan terhambat pada penderita dengan infeksi menyeluruh, penderita Diabetes Meilitus, pada keadaan defisiensi nutrisi tertentu, penderita dengan penyakit infeksi yangt melemahkan tubuh.

Faktor hormonal juga berpengaruh; pemberian glukokortikoid seperti kortison dapat menghalangi proses perbaikan jaringan, menekan reaksi radang atau menghambat pertumbuhan fibrobias, pembentuk kolagen dan sel endotel. Stres sistemik, pengangkatan kelenjar tiroid, pemberian hormon testosteron, hormon adenokortikotropik dan estrogen dalam dosis besar, akan menekan pembentukan jaringan granulasi serta menghambat penyembuhan.

Evaluasi Keberhasilan Perawatan Jaringan Periodonsium

Evaluasi keberhasilan perawatan periodontal kadang-kadang agak sukar diketahui secara klinik maupun eksperimental. Keberhasilan perawatan dapat dilihat secara klinis, radiografis, tindakan bedah, atau secara histologis. Metode klinis yang digunakan dengan membandingkan keadaan sebelum dan sesudah probing. Tiga cara probing yang dilakukan yaitu pengukuran kedalaman poket, tinggi perlekatan, dan tinggi tulang. Menentukan tinggi perlekatan lebih penting daripada pengukuran poket. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan tepi gingiva setelah perawatan. Beberapa penelitian telah dilakukan terhadap pengaruh penetrasi probing kedalaman poket. Penetrasi probing ini sangat bervariasi bergantung kepada derajat keradangan jaringan, yang secara langsung berpengaruh terhadap dasar poket. Probing mungkin tidak mencatat kedalaman poket yang sebenarnya, tetapi merupakan hasil penetrasi probe ke jaringan periodontium, sehingga menghasilkan perkiraan yang berlebihan dan kedalaman poket.

Penilaian klinis jaringan keras memerlukan re-entry surgery atau pembedahan kedua setelah periode penyembuhan. Tindakan ini biasanya dilakukan 6 sampai 12 bulan setelah pembedahan pertama. Pembedahan kedua ini biasanya berjalan lebih cepat dan trauma yang terjadi lebih sedikit. Jika pengukuran ini dikombinasi dengan penilaian klinis jaringan lunak, dapat memberikan informasi yang bermanfaat sesuai tujuan perawatan yaitu regenerasi jaringan periodontium. Penilaian dilakukan dengan membuat model cetakan tulang pada waktu pembedahan pertama dan pembedahan kedua,yang kemudian dibandingkan. Teknik pengukuran secara linear terhadap perubahan jaringan keras gigi, ditentukan dan beberapa titik yaitu:

· Tinggi puncak tulang alveolar, yaitu jarak dan batas semen enamel ke puncak tulang alveolar

· Kehilangan tulang, yaitu jarak dari batas semen enamel ke dasar kerusakan tulang

· Dalamnya kerusakan, yaitu jarak dan puncak tulang alveolar ke dasar kerusakan Tulang

· Kedalaman probing pada kerusakan daerah furkasi horizontal, yaitu jarak dan permukaan bukal atau lingual daerah furkasi yang mengalami kerusakán, ke permukaan luar dan kedudukan probe pada lekukan furkasi.

untuk menilai regenerasi tulang alveolar pemeriksaan probing secara klinis. Pemakaian teknik digital komputer substraction radiography akan menghasilkan gambar yang baik. Hasilnya dapat memperlihatkan perubahan tinggi puncak tulang dan dasan kerusakan yang berdekatan dengân permukaan akar, perubahan kepadatan tulang, perubahan persentasi jaringan penyangga gigi pada setiap akar gigi.

Analisis radiografis dan re-entry operations dilakukan untuk mengukun regenerasi tulang pada kerusakan tulang angular sebelum dan sesudah perawatan. Analisis ini tidak dapat memperlihatkan adanya pembentukan sementum baru pada permukaan

akar dan ligamentum periodontal baru. Regenerasi jaringan periodontium dan perlekatan baru hanya dapat ditentukan secara tepat melalui pemeriksaan mikroskopis. Penilaian regenerasi jaringan diperlukan bukti adanya sementum baru dan pertumbuhan ligamentum periodontal ke arah koronal tulang alveolar, serta pembentukan perlekatan baru secara sempurna. Penilaian histologis perlekatan baru hanya membutuhkan. bukti terbentuknya sementum baru dengan pertumbuhan serat kolagen di antaranya. (Syafril, 1996:24-27)

Debridemen akar periodontal merupakan salah satu komponen vital dalam terapi pembedahan dan non-bedah. Karakteristik penting dalam perawatan periodontitis adalah pembersihan deposit bakteri dan kalkulus subgingival secara mekanis.

Berusaha untuk menghindari trauma pada bagian paling koronal perlekatan jaringan ikat dengan menginsersikan kuret 1 mm lebih dangkal dibandingkan kedalaman probing poket. Hasil penelitian tersebut tidak menemukan perbedaan kedalaman probing poket dan rata-rata tinggi perlekatan probing dinyatakan signifikan antara gigi uji [kuret diletakkan 1 mm lebih dangkal dari dasar poket] dengan kontrol, pada 1 dan 3 bulan setelah perawatan. Mereka menyatakan bahwa dibandingkan dengan pembersihan deposit subgingival yang efektif, trauma pada bagian paling koronal jaringan ikat dan remodelling lesi pada daerah tersebut setelah prosedur skeling dan root planning, bukanlah faktor yang penting. Jadi, jika digunakan selama debridemen, penetrasi Ultrasonic Tip yang dalam dapat meningkatkan resiko trauma pada bagian koronal perlekatan jaringan ikat, dibandingkan dengan kuret Gracey, namun hal ini bukanlah faktor utama dalam hasil perawatan klinis.(Erha, 2009)

Fase Pemeliharaan Dental Implant

Keadaan oral higine dan kontak oklusal yang baik, merupakan syarat keberhasilan jangka panjang fungsi implant, karena apabila keadaan oral higine yang buruk dan terdapat traumatik oklusal akan menyebabkan kerusakan tulang penyangga. Setelah pemasangan implant di dalam mulut pemeriksaan kontrol plak adalah yang pertama kali dilakukan dan dimonitor secara terus-menerus. Secara superstruktur implant tampak berbenjol-benjol dan overkontur, di mana hal ini menyebabkan prosedur homecare menjadi lebih sulit. Biasanya pasien implant kurang di dalam perawatan homecare. Oleh karena itu pasien diharuskan kontrol dalam interval 3 bulan pada tahun pertama dan setelah itu kontrol secara berkala. Pasien juga harus diberikan perawan penunjang lainnya. Pada setiap kunjungan perawatan meliputi evaluasi oral higine, keharmonisan oklusal, stabilitas implant dan protesa, pemantauan seluruh jaringan lunak dan keras peri-implant dan pemeriksaan radiografis. (Rintoko, 2009)

Furcation Involvement

Eksposur-pembelahan yang merupakan daerah di mana banyak menyimpang dari akar gigi. Pencabangan atau keterlibatan eksposur terjadi sekunder untuk penyakit periodontal. Sudut pencabangan penyakit dapat direkam dalam berbagai grade:

Grade I

furkasi awal, berhubungan dengan poket suprabony, terjadi bone loss awal tetapi tidak terlihat jelas secara radiographically. depresi pembelahan di area yang lebih luas kurang dari setengah jalan di bawah mahkota dalam multirooted gigi

furkasi pada bukal molar pertama

saat bedah minimal boneloss pd furkasi

Grade II

Terdapat pasti komponen horisontal ke tulang, dapat mengenai furkasi gigi yang sama, tetapi tulang tetap melekat pada gigi sehingga banyak bidang furcal kehilangan tulang. jika ada, tidak berhubungan. bila ada depresi pembelahan di wilayah meluas lebih dari setengah jalan di bawah mahkota tetapi tidak terus-menerus.

earlygradeII,dengan poket 5mm pada molar

early gradeII, terdapat boneloss

moderate gradeII, horizontal boneloss terlihat pada bagian bukal.

gmbr.radiograpic sebagai bukti boneloss

Grade III

Bone tidak lagi melekat pada furkasi gigi. Pada awal kelas III luka, jaringan lunak yang masih menutup jalan pencabangan, sehingga sulit untuk dideteksi. bila ada periodontal probe meluas "terus-menerus" dari satu sisi pencabangan dari yang lain..

pada molar pertama

GradeIII, sisi distal-mesial molar pertama

Grade IV

Menjelaskan melalui luka yang cukup berkelanjutan, kerusakan tulang interdental, terlihat secara klinis, furkasi terbuka. (Wikipedia, 2009)

FI grade IV pada gigi rahang atas

early gradeIV pada mesial premolar pertama

Untuk Furcation involvement diperlukan perawatan antara lain scaling dan root planing , furcation plasty, root resection, regenerasi dan ekstraksi

Furcation Plasty

Furcation plasty terdiri dari odontoplasty & osteoplasty, sebatas jalan masuk furkasi serta dilakukan terutama pada furkasi bukal dan lingual.

Odontoplasty

Merupakan bedah yang mengkontur dari permukaan gigi untuk meningkatkan plak kontrol dan gingiva . Dengan indikasi, pengasahan selektif grinding dan polishing untuk membuat plak kurang retentif.

Odontoplasty 1Odontoplasty 1

Menggunakan 12 blade flame (atau barel), FG diamond burs atau batu putih FG duri dengan air coolant, diikuti dengan polishing menggunakan rubber cup dan fluoride untuk mengurangi sensitivitas.(Veterinary, 2002)

Osteoplasty

Bedah perbaikan atau perubahan dari tulang. Juga disebut tulang okulasi. Dalam kedokteran gigi, bedah resection dari struktur bertulang untuk membentuk atau memperbaiki kontur dari Gusi.

Root Resection Therapy

  • Dalam kasus-kasus gigi dengan akar kedekatan.
  • Dalam kasus pencabangan kelas III.
  • Tinggal sedikit di sekitar daerah akan tipis, oleh karena itu terpengaruh root dapat dihilangkan.

Tujuan dari prosedur Resective

  • Menghilangkan dan mengurangi poket
  • Jaringan fisiologis gingival diadaptasi ke tulang alveolar dan apical ke situs pra bedah.
  • Mempertahankan kondisi klinis.

Persyaratan untuk Resective prosedur

  • Akses root instrumentasi tepat.
  • Untuk akses yang alveolar crest
  • Mempertahankan memadai gingiva band yang terpasang.
  • Meminimalkan alveolar crest tinggi.
  • Mempertahankan tingkat klinis lampiran pada basis jangka panjang.
  • Mengurangi probing. (Fatin, 2009)

Ekstraksi

Px tdk dpt melakukan kontrol plak scr adequat, aktivitas karies tinggi, tdk dpt melakukan program pemeliharaan yg sesuai atau mempunyai faktor sosial ekonomi yg dpt menghalangi dilaku-dilakukannya perawatan yg lbh kompleks serta pada attachment loss yang lanjut dan pada furcation involvement grade III dan IV

DAFTAR PUSTAKA

Erha, dhini. 2009.Dental Minded. http://dhinierha.blogspot.com/2009/08/kedalaman-penetrasi

menggunakan-insert.html

Rintoko, Bimo, 2009.Aspek Klinis Dental implant.http://hiin.facebook.comtopi

php?uid=32159633485&topic=9563.

Syafril, Yuniarti. 1996.Regenerasi Jaringan Periodontium Setelah Perawatan

Periodontal.Jakarta: UI press.

Fatin. 2009. Surgery Periodontal. http://faculty.ksu.edu.sa/fatin/Pictures%2520Library/

per.sx.ppt&efurcation

Veterinary, Dentistry. 2002.http://www.link.vet.ed.ac.uk/clive/cal/Dentistry/Website/

Periodontal/perSurgery/odontoplasty.html

Wikipedia, 2009. http://en.wikipedia.org/wiki/Furcation_defect