Minggu, 15 November 2009

Rasa Lapar Menjelang Menstruasi

pernah kah anda ketika hari-hari menelang menstruasi terasa lebih sering merasa lapar?

dari beberapa sumber yang saya baca..

seminggu sebelum menstruasi, biasanya akan terasa lebih cepat lapar. karena pada masa ovulasi metabolisme wanita meningkat. penelitian menunjukan bahwa hal tersebut menyebabkan wanita mengkonsumsi 150-300 kalori lebih banyak selama beberapa hari sebelm menstruasi. tetapi peningkatan ini tidak akan menambah berat badan. institut kesehatan nasional pun menyatakan bahwa pembakaran kalori karena siklus menstruasi menyebabkan tubuh kita memerlukan sampai 7000 kalori lebih dalam setahun. energi ekstra yang diperlukan dalam ovulasi ini memebuat tubuh mengkompensasinya dengan mencari lebih banyak kalori. akibatnya, kita akan merasakan membutuhkan kalori lebih banyak makanan selingan. anda dianjurkan lebih mengkonsumsi makanan pedas atau berbumbu atau spicy. untuk mengimbangi keinginan mengudap makanan manis.

Selasa, 10 November 2009

Perkembangan Lidah

Perkembangan Lidah dari mulai Embrio hingga terbentuknya Lidah yang sempurna

by: Titian Putri
(061610101024)
  • Lidah adalah indra perasa setiap mahluk hidup, dan tersusun dari otot rangka yang terletak pada tulang hyoideus, tulang rahang bawah dan processus styloideus di tulang pelipis, terdapat dua jenis otot pada lidah yaitu otot ekstrinsik dan intrinsic, pada lidah pada bagian lantai mulut yang dapat membantu pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan (Prayogo,2008). Lidah terbentuk pada trisemster ke dua. Lidah berasal dari lengkung faring dari endoderm, kemudian memperoleh inervasi sensorik dari cabang nervus trigeminus dan nervus facialis, serta inervasi motorik dari nervus hipoglosus dan nervus laryngeus superior.

  • Lidah dikenal sebagai indera pengecap yang banyak memiliki struktur tunas pengecap. Lidah juga turut membantu dalam tindakan bicara. Permukaan lidah dilapisi dengan lapisan epithelium yang banyak mengandung kelenjar lendir, dan reseptor pengecap berupa tunas pengecap. Tunas pengecap terdiri atas sekelompok sel sensori yang mempunyai tonjolan seperti rambut (Prayogo,2008). Dua per tiga lidah terletak dalam cavum oris; sepertiga belakang terletak vertical dan meluas ke faring (Liebgott, 1995). Berawal dari beberapa penonjolan nampak pada aspek ventral region faringeal dan ini akhirnya menjadi lidah

  • Pada dasarnya lidah terbentuk oleh lengkung faringeal III. 2/3 anterior lidah (korpus dan apeks atau pars oralis) mucul pada minggu ke-4 dalam bentuk 3 pembengkakan pada lengkung faringeal I. Pembengkakan ini terdiri atas 2 tonjolan lateral atau lingual, dan pembengkakan midline, tuberkulum impar. Sepertiga posterior lidah (basis lidah atau pars faringealis) timbul dari bagian ventro medial lengkung faringeal II,III, dan sebagian dari IV yang bersama-sama membentuk tonjolan yakni kopula. Divertikum tiroid, suatu duktus yang dilapisi endoderm, bermigrasi ke dalam leher sebagai duktus tiroglosusyang berdiferensisasi dan embentuk kelenjar tiroid. Struktur ini kehilangan kontak dengan permukaan lidah tetapi tempat origonya tetap terlihat sampai dewasa berupa cekungan kecil yang dangkal.yang di sebut foramen caecum. Cekungan ini terletak di apeks dari sulcus terminalis yang merupakan suatu alur dangkal yang berbenuk huruf V dengan apeksnya mengarah ke basis linguae. Dia terletak tepat dibelakang deretan papilla sirkumvalata. Kadang-kadang jaringan tiroid tetap menetap pada permukaan dorsal lidah dan dinamakan tiroid lingual. Sulcus lingualis memisahkan antara 2/3 anterior lidah dengan 1/3 posteriornya.

  • Tuberkulum impar merupakan struktur sementara dan memberikan sedikit kontribusi pada 2/3 bagian anterior lidah. Pertumbuhan dari struktur sementara dan memberikan sedikit kontribusi pada 2/3 bagian anterior lidah. Pertumbuhan dari struktur ini dilampaui oleh tonjolan di lateral lidah yang berproliferasi dan berfungsi membantuk korpus lidah. Sedangkan basis lidah terutama dibentuk dari kopula. Alur trakheobrancial yang berkembang pada bagian caudal dari eminentia hipobracial merupakan asal dari sebagian besar dari system pernafasan .

  • Otot-otot lidah mulai terbentuk diantara minggu ke-6 dan ke-8, dan pad asaat ini lingua sudah mengisi sebagian besar cavum oris. Pada sulcus antara lingua dan prosesus mandibularis akan terbentuk gladula sublingualis dan sub mandibularis yang merupakan perluasan pertumbuhan ke bawah dari epitel yang menutupinya. Glandula diperkirakan berasal dari jaringan endoderma embryonicum (Dixon, ).

  • Papila fungiformis berkembang pada permukaan dorsal dari 2/3 anterior lidah kira-kira 11 minggu, sementara papilla filiformis berkembang pada region yang sama dan tidak terdeferensiasi dengan baik sampai saat kelahiran. Papilla sirkumvalata yang besar berjumlah 8-12 terbentuk pada bagian anterior sulcus terminalis antara bulan kedua sampai kelima intra uterin

  • Pada waktu lahir, embrana mukosa sepertiga posterior lidah berkembang suatu cekungan kecil yang setelah diinfiltrasi jaringan limfatik, menjadi tonsila lingualis .

  • Interaksi induktif antara sel-sel epitel dan saraf yang menginvasinya menimbulkan adanya taste buds yang diinervasi oleh n. X,XI,dan corda tympani (N.VII). tastebuds yang paling bnyak terdapat pada mukosa dorsal lidah, tetapi juga terdapat pada palatum dan daerah lain rongga mulut. Taste buds mulai dapat dikenali pada minggu ke 14 intra uterin. Otot-otot lidah berasal dari dua tempat, otot intrinsic dan otot ekstrinsik. Otot intrinsic terdiri dari mm.tranversus, longitudinalis, dan vertikalis. Sedangkan otot intrinsic terdiri dari mm. palatoglosus, stiloglosus, genioglosus,dan hipoglosus (Purwanto,1997).

  • Lidah berkembang dengan cepat dan ukurannya berlipat ganda dalam semua arah masa-masa sejak lahir sampai dewasa. Lidah tumbah lebih cepat daripada bagian lain dalam rongga mulut. Lidah hampir mencapai ukuran dewasa pada umur 8 tahun dan diduga bahwa pembesaran awal yang besar berhubungan dengankeperluanmenyusui bayi. Lidah mungkin sangat kecil, dinamakan mikroglosi atau terlalu besar disebut makroglosi

  • Selama masa kehidupan fetus dan tahun pertama kelahiran, lidah umumnya relative besar dalam cavum oris dan sering meluas diantara gingival, terutama dibagian depan, sehingga berkontak dengan labium oris dan pipi. Dengan terjadinya erupsi gigi-geligi dan bertambahnya tinggi vertical cavum oris, lidah yang normal akan dibatasi oleh facies lingualis gigi-geligi dan gingival. Bentuk lidah akan mulai beradaptasi pada keadaan istirahat terhadap arcus dentalis dan palatum, dengan ujung lidah berkontak ringan terhadap palatum durum di balik incisivus atas. Bila lidah sangat besar, misalnya pada penderita Down Syndrom, lidah dapat menyebabkan crossbite, ketidak aturan, spacing dan miringnya gigi-geligi (Dixon, 1997).




Tanda-tanda Kiamat

Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

tanda-tanda kiamat kubra itu datangnya secara beruntun ?
Apakah hewan-hewan itu mengetahui dan merasakan tanda-tanda kiamat itu?


  • Tanda-tanda kiamat kubra itu sebagiannya datang secara beruntun dan dapat diketahui dan sebagian yang lain tidak beruntun dan tidak diketahui runtutannnya. Di antara yang datang secara beruntun adalah:
  • turunnya Nabi Isa putra Maryam dan keluarnya Ya'juj dan Ma'juj serta Dajjal.
  • Dajjal dibangkitkan,
  • kemudian turun Nabi Isa untuk membunuhnya, keluarnya Ya'juj dan Ma'juj.
  • As-Safarani Rahimahullah dalam kitab aqidahnya menyusun urutan-urutan tanda-tanda kiamat.
namun masalah urutan itu tidak terlalu penting bagi kita, akan tetapi yang penting adalah bahwa kiamat itu memiliki tanda-tanda yang luar biasa. Jika tanda-tanda tersebut telah telah muncul, maka kiamat benar-benar telah dekat. Allah Ta'ala membuat tanda-tanda bagi tibanya kiamat itu karena kiamat merupakan kejadian penting di mana manusia perlu diingatkan akan kejadiannya yang telah dekat.Kita tidak tahu, apakah binatang-binatang itu merasakan tanda-tanda kiamat tersebut atau tidak. Namun yang pasti, binatang-binatang itu juga dibangkitkan pada hari kiamat dan juga dikumpulkan, kemudian satu sama lainnya saling mengqishah.

[Disalin dari kitab Fatawa Anil Iman wa Arkaniha, yang di susun oleh Abu Muhammad Asyraf bin Abdul Maqshud],

spesialis anastesi

congratulation for my brother dr.Ismail hari wahyu... two thumb up for u bro... selamet y k,, hr ini lulus masuk ambil spesialis anastesi,, papa pasti seneng:)
gw seneng td pagi habis shlt dha doain papa mama, sm lo n k`ai.. tiba2 gw dapet sms dr mama klo lo lulus... thanks God bgt... gw brangkat kul sambil senyum2,,, say thanks alot to Allah...
gw doain sukses selalu di umur lo yang dah 25 ini... hemm... gw doain jg sebulan lg.. baby nya maw lahir...^^ smoga cantik kaya tante nya.. huahaha... d doain juga smoga k`ai bulan februari nanti lulus ujian masuk spesialis kulit kelaminnya.. love u my bro n my sista...
kesuksesan ga pernah ada batasnya... smuanya yang kita raih adalah awal pjuangan kita k..
Allah sayang papa,mama.. ^^

Jumat, 06 November 2009

Rahasia Allah

ga pernah habis pikir sama kehidupan ini... senang sedih bergulir datang..
ga pernah tau besok berdiri dan beranjak dimana..
ga pernah tau siapa yang ada disamping kita sekarang atau pun besok...
ga pernah tau hari ini berhasil atau gagal..
dan
ga pernah tau apa mereka yang ku sayang hari ini atau besok,, masih bisa ku lihat..

cuma allah yang tau.. karena allah sll memberikan yang terbaik untuk umatnya... walau terkadang sulit untuk kita menerima kenyataan,, tp kenyataannya.. allah teralu baik, karena sll memberikan kita kesempatan.. untuk menuju surga Nya...

ya Allah.. dd sayang mama.. jaga mama untuk ku ya allah... ku berdoa dan bermohon.. janjikan lah dan tempatkan lah.. keluaga kami di Surga Mu...

hanya kepada Mu aku bersuud, bermohon dan bersembah diri..
ku bersaksi tiada Tuhan selain Allah...

Tingkat Korosi Pada Implant Gigi dengan Bahan Titanium

by.. Titian Putri..

Peninjauan Ulang Mengenai Aspek Korosi dari Implan Gigi yang Terbuat dari Titanium dan Alloy-nya

Abstrak

Titanium dan alloynya digunakan sebagai bahan implan dalam kedokteran gigi karena kombinasi unsur kimia, fisika dan biologinya yang unik. Digunakan dalam kedokteran gigi sebagai bahan tuang dan untuk bahan tempa. Adanya produk reaksi dari korosi dalam kurun waktu yang lama dan berlanjutnya proses korosi dapat memicu terjadinya patah baik pada hubungan permukaan alloy dengan gigi penyangga, permukaan gigi penyangga serta badan implan. Kombinasi dari stres, korosi dan bakteri dapat memicu kegagalan penggunaan implan. Artikel ini menggaris bawahi peninjauan ulang dari beberapa aspek korosi dan biokompatibilitas implan gigi dari bahan titanium dan suprastrukturnya. Ilmu pengetahuan ini juga membantu dalam strategi penelitian yang memungkinkan untuk eksplorasi unsur biologi dari suatu bahan.

Kata kunci: biokompatibilitas, korosi, implan gigi, titanium dan alloy-titanium.

Rongga mulut merupakan pintu masuk utama menuju tubuh manusia. Yang juga merupakan habitat dari spesies mikroba yang dijaga kelembabannya oleh saliva. Jaringan rongga mulut terpapar oleh berbagai macam stimulasi kimia dan fisika serta metabolisme dari sekitar 30 spesies bakteri ( total jumlah bakteri saliva adalah 5 ribu juta per ml saliva ). Meskipun begitu, sebagian besar rongga mulut adalah jaringan yang sehat. Saliva mengandung beberapa virus, bakteri, ragi dan fungi serta produk-produknya, seperti asam organik dan enzym, sel epitel, debris makanan serta komponen dari cairan crevikular gingiva. Selanjutnya, saliva merupakan suatu cairan solusi hipotonik yang mengandung bioaktonat, kloride, pothasium, sodium, kompond nitrogenus dan komponen protein. pH dari saliva bervariasi antara 5,2 sampai 7,8 . Beberapa bakteri gram negative dan gram positif merupakan bagian terbesar plak gigi yang mengelilingi gigi-geligi dan juga berkoloni pada permukaan mukosa. Fungsi gigi dapat terganggu karena lingkungan tubuh yang tidak mendukung/ tidak baik Karena gigi merupakan subjek tubuh yang paling sering terpapar variasi temperatur daripada bagian tubuh yang lain, misalnya karena es yang amat dingin (0 derajat celsius) sampai kopi yang panas dan soup. Faktor lain, misalnya suhu, kuantitas dan kualitas dari saliva, plak, pH, protein dan unsur fisika dan kimia dari makanan dan cairan yang dapat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan rongga mulut sehingga memicu terjadinya korosi. Korosi merupakan degradasi besar dari suatu material oleh serangan bahan elektrokimia pada saat bahan implan metalik, bahan tumpat metalik, atau alat orthodontik ditempatkan pada lingkungan elektrolit rongga mulut dari inang. Untuk implan gigi, biokompatibilitas tergantung pada unsur mekanik dan faktor korosi/ degradasi dari material, jaringan, dan inang. Permukaan kimia suatu biomaterial, topografi ( kekasaran permukaaan ) dan tipe dari jaringan yang terlibat ( tulang, fibrous dan campurannya) berhubungan dengan respon inang. Biokompatibilitas dari suatu bahan implan dan strukturnya sangat penting untuk mendukung fungsi dari bahan tiruan/protesa dalam rongga mulut. Korosi dapat memperparah keterbatasan dari umur kelelahan dan kekuatan dari suatu bahan yang memicu terjadinya kepatahan mekanis dari bahan kedokteran gigi. Alloy dengan kekuatan tinggi digunakan dalam kedokteran gigi, sangat stabil secara kimia karena tidak memicu korosi yang bermakna dalam rongga mulut, komponen utama dari alloy tersebut, antara lain: emas, palladium dan platinum.

PENAMPAKAN KLINIS KOROSI

Sampai saat ini terdapat suatu bukti adanya arus galvanik yang sangat kecil yang berhubungan dengan elektrogalvanism yang terjadi dalam rongga mulut. Selama penggunaan bahan restorasai gigi yang terbuat dari bahan metalik, akan terus dicari bagaimana cara untuk menghilangkan adanya arus galvanik tersebut. Nyeri post operatif yang disebabkan oleh arus galvanik merupakan sumber dari ketidak nyamanan pada beberapa pasien yang menggunakan bahan restorasi dari metal. Daya tahan terhadap korosi sangat penting untuk diteliti dalam bahan kedokteran gigi karena korosi dapat memicu kekasaran permukaan, melemahnya bahan restorasi, pembebasan elemen dari metal dan alloy serta reaksi yang beracun. Pembebasan elemen dapat memicu terjadinya perubahan warna dari jaringan lunak serta reaksi alergi seperti pembengkakan rongga mulut, stomatitis perioral, gingivitis, dan manifestasi ektraoral seperti ruam ekzematous pada beberapa pasien. Berdasarkan laporan Kirkpatrik, dkk, pathomekanisme dari kegagalan sembuhnya luka dipicu oleh ion metal spesifik yang dikeluarkan dari proses korosi.

EFEK KOROSI PADA IMPLAN GIGI

Perawatan implan gigi merupakan salah satu perawatan dalam kedokteran gigi yang sudah teruji kesuksesannya. Penggunaan implan gigi pada perawatan kasus kehilangan gigi sebagian maupun kehilangan gigi total, merupakan suatu perawatan integral dalam kedokteran gigi. Implan gigi terbuat dari bahan yang biokompatibel dan ditanamkan dalam tulang rahang melalui tindakan bedah dengan fondasi prostetik (bahan gigi tiruan ). Titanium dan alloy-titanium merupakan bahan yang sering digunakan sebagai bahan implan gigi. Proses penanaman titanium dalam tulang rahang disebut dengan “osteointegrasi” oleh Branemark. Saat ini, sebagian besar bahan implan yang tersedia di pasaran terbuat dari titanium murni ( CP –Ti) atau aloy-titanium Ti-6Al-4V. Titanium dan alloy-nya menyediakan kekuatan, rigiditas, dan duktilitas yang mirip dengan alloy lainnya. Oleh karena itu, bahan tuang dari titanium murni memilki unsur mekanis yang mirip dengan tipe III dan tipe IV alloy emas, beberapa bahan tuang alloy titanium seperti: Ti-6Al-4V dan Ti-15V memiliki unsur yang mirip dengan bahan tuang Ni-Co dan Co-Cr dengan modulus elastisitas yang rendah. Titanium dan alloy-nya memiliki resistensi yang tinggi terhadap korosi dalam larutan saline dan lingkungan asam. Meskipun alloy-titanium tahan terhadap korosi karena stabilitas dari lapisan oksida TiO2, yang tidak lembam terhadap serangan korosif. Pada saat lapisan oksida stabil di permukaan terpatahkan atau hilang atau tidak mampu untuk terbentuk kembali pada permukaannya, maka titanium dapat kebih korosif daripada beberapa bahan dasar lainnya.

Rongga mulut dapat distimulasi oleh sebuah sel ektrokimia dibawah laju sirkumstansinya. Meskipun titanium menunjukkan resistensi yang lebih baik terhadap korosi, namun memungkinkan untuk berinteraksi dengan jaringan dalam kurun waktu beberapa tahun. Interaksi ini menghasilkan pelepasan sejumlah kecil produk korosi meskipun dapat ditutupi oleh termodinamikal film oksida stabil. Jika bahan dasar superstruktural alloy-metal terbuat dari sebuah Ti implan, maka akan terbentuk sel elektrokimia. Bentuk alloy –metal yang tersedia terbentuk dari anoda dan titanium sebagai katoda. Elektron ditransfer sepanjang kontak metallik dan anoda merupakan permukaan atau sisi dimana ion positif terbentuk ( misalnya permukaan metal pada proses reaksi oksidasi dan pengkaratan) dengan produksi elektron bebas.

PECAHNYA (FRAKTUR) IMPLAN GIGI

Meskipun pecahnya implan gigi sangat jarang ditemui, hal ini dapat menyebabkan hasil klinis yang tidak menguntungkan. Korosi dapat menyebabkan keparahan batas hidup terhadap kelelahan dan kemampuan daya tahan dari suatu bahan yang dapat memicu kegagalan mekanik dari suatu implan. Telah dikemukakan bahwa kelalahan metal dapat memicu pecahnya implan. Titanium tidak cukup stabil untuk mencegah efek yang berlebihan dari penggunaan dan cabikan yang berlebihan. Dibawah kondisi statis, Ti dan alloy-Ti mampu bertahan terhadap paparan dari cairan klorin fisiologis pada suhu yang tidak menguntungkan tetapi dapat memicu perubahan oksida yang disebabkan mikromosi mekanis. Sebagai contohnya, stainless steel dan alloy ti menimbulkan permukaan yang retak jika terpapar stres. Oleh karena itu, pengulangan pemecahan oksida seperti abrasi dapat menyebabkan kerusakan terhadap resistensi dari korosi. Superstruktural juga menyebabkan pelepasan dari ion metal. Korosi menyebabkan pengumpulan dan menghasilkan tirisan ion yang menutupi permukaan jaringan. Green melaporkan fraktur dari implan gigi dengan penggunaan selama 4 tahun. Analisis kegagalan dari implan menunjukkan bahwa fraktur disebabkan oleh kelelahan metal dan mahkota metal yang terbuat dari bahan alloy Ni-Cr-Mo akibat korosi. Yokoyama, dkk menyimpulkan bahwa titanium dalam lingkungan biologis dapat menyerap hidrogen dan hal ini merupakan suatu alasan untuk tertundanya fraktur implan dari bahan titanium.

RESPON SELULER

Ion kromium haxavalent dilepaskan oleh bahan implan. Nikel dan kromium menginduksi reaksi hipersensitifitas tipe-IV pada tubuh dan bertindak sebagai bahan Haptens, karsinogenik dan metagenik. Mereka dapat menyebabkan beberapa respon sitotoksik yang meliputi penurunan aktifitas dari beberapa enzyme, mempengaruhi jalur biokimia, karsinogenitas, dan mutagenitas. Pamaparan dalan jangka waktu lama dari bahan kedokteran gigi yang mengandung nikel memungkinkan effek pada monocyt manusia dan sel mukosa rongga mulut. Titanium yang mengandung nikel memungkinkan untuk terjadinya iritasi jaringan lokal pada beberapa pasien. Mangan dari alloy yang dikonsumsi bersamaaan dengan saliva dapat memicu prosedur toksisitas yang dapat memicu kerusakan sistem syaraf dan skeletal.

KERUSAKAN TULANG DAN OSTEOLISIS

Alloy-Ti menunjukkan intergrasi dengan lingkungan, baik tulang maupun jaringan lunak. Meskipun begitu, telah dipahami bahwa alloy-Ti mengandung sejumlah elemen alloy yang bermakna dalam terjadinya perbedaan morfologi dan kristalisasi, sehingga dapat memberikan pengaruh dalam osteointegrasi khususnya selama proses korosi yang menghasilkan produk yang mengandung aluminium dan vanadium. Berdasarkan Roynesdal,dkk kerusakan tulang marginal sekeliling implan ditunjukkan dari penggunaan implan dengan bahan titanium. Olmedo, dkk melaporkan adanya makrophage pada jaringan lunak peri implan yang diinduksi oleh proses korosi sehingga sangat berpengaruh bagi kegagalan penggunaan implan. Ion titanium bebas menghambat tumbuhnya kristal hidroksiapatit (mineralisasi dari kalsifikasi jaringan pada permukaan). Proses ini memicu osteolisis dan hilangnya stabilitas klinis dari implan.

REAKSI LOKAL

Meskipun titanium lebih baik resistensinya terhadap korosi, masih memungkinkan terjadinya interaksi dengan jaringan lunak selama beberapa tahun. Peningkatan level dari kalsium dan fosfor ditemukan pada permukaan lapisan yang mengindikasikan adanya perubahan dari ion pada permukaan. Produk korosi dapat menyebabkan iritasi lokal atau nyeri saat menelan pada regio dari implan tanpa adanya infeksi ataupun menyebabkan infeksi sekuder. Kondisi lingkungan yang mengandung hidrogen peroksida menunjukkan adanya interaksi dengan titanium dan adanya hubungan dengan toksisitas yang rendah, inflamasi, pembentukan tulang, dan karakteristik bakterisidal.

KOROSI

Pengaruh Korosi dalam Rongga Mulut

Beberapa tipe korosi elektrokimia mungkin terjadi didalam rongga mulut yang disebabkan oleh saliva, dan garam yang bertindak sebagai elektrolit. Unsur elektrokimia dari saliva tergantung dari konsentrasi komponennya, pH , tegangan permukaan, dan kapasitas buffer. Masing-masing dari faktor ini berpengaruh terhadap kekuatan dari beberapa elektrolit. Oleh karena itu, proses korosi dikontrol oleh variabel ini.

Keadaaan yang mencerminkan bagaimana dan mengapa bahan kedokteran gigi mengalami korosi, adalah sebagai berikut:

  1. reaksi oksidasi dan reduksi
  2. faktor fisik yang menghalangi dan mencegah korosi dari proses serah terima (proses passivasi atau pembentukan lapisan film oksida passsive pada permukaan metal).

TIPE KOROSI

Terdapat dua tipe reaksi korosi : kimia dan elektrokimia. Pada korosi kimia ( korosi kering), terjadi kombinasi langsung dari elemen metal dan non metal untuk menghasilkan sebuah komposisi kimia yang terjadi selama proses oksidasi, halogenasi, atau reaksi sulfurisasi. Korosi elektrokimia ( korosi basah) membutuhkan adanya air atau beberapa elektrolit cair lainnya. Tipe korosi yang umum terjadi ini sangat berpengaruh pada restorasi gigi. Perbedaan bentuk dari korosi ini mungkin terjadi dengan tipe reaksi diatas yang disajikan pada gambar 1 dan tabel 1.

Kompleksitas dari proses elektrokimia terdiri dari sambungan supertruktur implan yang berhubungan dengan fenomena arus galvanik dan titik korosi. Pengurangan pH dan peningkatan konsentrasi dari ion kloride merupakan dua faktor utama pada proses inisiasi dan propagasi dari fenomena korosi pada sulkus/ crevise. Jika keasaman media meningkat seiring dengan waktu, lapisan passive dari alloy terpecah dan memicu proses korosi lokal. Korosi pada sulkus dari stainless steel pada daerah yang terdapat larutan garam sudah diketahui secara luas. Produk korosi seperti Fe, Cr, dan Ni, serta komponen utama dari stainless steel , terakumulasi pada sulkus dan membentuk larutan kloride asam yang tinggi sewhingga terjadi laju korosi yang tinggi.

Tabel 1

Tipe korosi Gambaran

Korosi seragam seragam, teraturnya pengurangan metal dari permukaan merupakan model korosi yang biasanya terjadi

Korosi titik bentuk terlokalisasi, korosinya simetris berupa bentukan titik pada

permukaan. Biasanya terjadi pada bahan metal dasar,

biasanya dilindungi oleh bentukan alami berupa sebuah film oksida

Korosi sulkus/ crevise korosi sulkus terjadi antara dua permukan yang saling berdekatan at

au tempat yang tidak terjadi perubahan oksigen

Korosi galvanik korosi galvanik terjadi pada saat alloy yang tidak cocok ditempatkan

secara langsung kontak dengan mulut atau jaringan

Tekanan korosi tekanan korosi terjadi karena kelelahan dari metal pada saat terhubu

ng dengan lingkungan yang korosive

Korosi erosi dan fretting( kombinasi dari korosi cairan dan hasil

velositas cairan pada erosi Zig zag) korosi. Korosi fretting terjadi pada sebagian besar metal yang terke

na jaringan

korosi intergranular kemurnian suatu bahan yang reaktif mungkin dapat terpisah, atau

terjadi pemasifan elemen misalnya kromium menipis seperti butiran

korosi mikrobial mikroorganisme dapat menyebabkan korosi dari metal dan rusaknya

alloy pada lingkungan yang berair. Terbentuknya asam organik mel

alui jalur glikolisis yang berasal dari gula oleh bakteri memungkin

kan terjadinya penurunan pH. Penurunan pH menyediakan lingkungan yang baik bagi bakteri aerobik untuk proses korosi

KOROSI GALVANIK

Bentuk paling umum dari korosi, yang biasanya terjadi pada implan gigi, adalah korosi galvanik. Titanium dipilih sebagai bahan untuk implan gigi endoseus (implan yang ditanam dalam tulang rahang). Meskipun begitu alloy-titanium sangat resisten terhadap korosi karena stabilitas dari lapisan TiO2, yang tidak mengalami kelembaman terhadap serangan korosi. Pada saat lapisan oksida yang stabil pecah atau hilang atau tidak mampu untuk terbentuk kembali pada permukaaannya, titanium dapat lebih korosive daripada bahan dasar metal lainnya. Arus galvanik dari titanium atau bahan restoratif metalik lain memungkinkan terjadinya korosi. Menurut Hence, saat ini perhatian ditujukan pada bahan untuk pembuatan suprastruktural untuk pembuatan implan.

Alloy emas biasanaya dipilih sebagai superrstruktural karena kemampuan biokompatibilitasnya, resistensinya terhadap korosi dan unsur mekanikalnya yang sangat baik. Meskipun begitu, harganya cukup mahal. Oleh karena itu, biasanya digunakan alloy temuan baru, yaituNi-Cr, Ag-Pd dan Co-Cr bi. Alloy ini memiliki unsur mekanis yang baik dengan harga yang murah. Tetapi sampai saat ini biokompatibilitasnya dan resistensinya terhadap korosi masih diteliti.

Jika dua atau lebih bahan prostetik kedokteran gigi digunakan/ sebagai restorasi yang terbuat dari bahan alloy yang berbeda terpapar dengan cairan mulut, maka terjadi perbedaan hasil potensial korosi pada aliran arus elektrik diantara mereka. Secara invivo terjadi bentukan sel galvanik dan arus galvanik yang menyebabkan percepatan proses korosi pada metal. Arus galvanik melewati metal/ sambungan metal dan juga melewati jaringan sehingga mengakibatkan nyeri. Arus aliran menyeberangi dua elektrolit, saliva, atau cairan lainnya pada rongga mulut dan tulang serta cairan jaringan.

Perbedaan permukaaan dari restorasi metalik memungkinkan terbentuknya titik cekungan (pit)/ crevise(sulkus). Sebagai akibatnya, terjadi stres dan korosi pit. Sensitifitas kekuatan mekanis dan titik tekanan, stres korosi yang membuat pecahnya bahan, gaya torsi, kehalusan, titik lelah korosi merupakan hal-hal yang patut dipertimbangkan dari titanium yang digunakan sebagai bahan implan.

Aksi yang bersamaan dari reaksi kimia dan tekanan mekanik menghasilkan korosi fretting (zig zag seperti gergaji). Fretting merupakan tipe lain dari korosi-erosi, tetapi terjadi pada fase uap.

Tekanan hidrogen merupakan reaksi dari hydrogen dengan karbid pada stainless steel sehingga membentuk methane, menghasilkan suara dekarburisasi dan permukaan yang melepuh. Hal ini dapat memicu reaktivitas metal seperti titanium, vanadium , niobium, dll.

KOROSI MIKROBIAL

Mikrobiologi yang berhubungan dengan korosi mendapat perhatian di industri untuk beberapa tahun. Telah diketahui secara luas bahwa mikroorganisme berpengaruh terhadap korosi metal dan alloy yang terbenam dalam lingkungan yang berair. Dibawah kondisi yang mirip, efek dari bakteri dalam lingkungan rongga mulut pada korosi dari bahan kedokteran gigi yang terbuat dari metal masih belum diketahui secara pasti. Efek dari aktifitas enzyme dan degradasi dari resin komposit telah dilaporkan sebelumnya. Chang, dkk menunjukkan bahwa korosi memiliki peran penting pada bahan kedokteran gigi dari metal dengan adanya Streptococcus mutans dan pertumbuhan dari produknya yang meningkat. Penyikatan dan perlekatan dari mikroba pada implan gigi memungkinkan terganggunya passifitas dan metal passive. Formasi dari asam organik selama proses jalur glukolisis dari gula pada asam organik dari bakteri menimbulkan menurunnya pH. pH yang rendah menyebabkan lingkungan yang menguntungkan bagi bakteri aerobik untuk proses korosi. Mikroba mengoksidasi mangan dan besi serta reaksi produk viz. MnO2, FeO, Fe2O3, MnCl2, FeCl2 yang memicu korosi pada implan. Mekanisme komplek dari interaksi yang terjadi diantara bakteri aerobik dan anaerobik terjadi pada beberapa zona, menghasilkan produk korosi. Semenjak proses deposisi dari biofilm, permukaan metal diantara biofilm dan area lain yang terpapar oksigen dengan jumlah yang berbeda, memicu terjadinya kreasi dari sel aerasi yang berbeda. Daerah yang sedikit sel aerasinya menjadi anoda, yang mana memicu korosi dengan melepaskan ion metal pada saliva. Ion metal ini dikombinasi dengan produk akhir dari bakteri, bersamaan dengan ion kloride pada elektrolite (saliva) untuk membentuk produk yang lebih korosive seperti MnCl2, FeCl2, dll yang memicu korosi lebih lanjut. Korosi mikrobial terjadi pada saat produk sampah berupa asam dari mikroba dan bakteri memicu proses korosi pada permukaan metal. Insiden dan keparahan dari korosi mikrobial dapat dikurangi dengan menjaga area sebersih mungkin dan dengan menggunakan semprotan antibiotika untuk mengontrol populasi mikroba. Maruthmamuthu, dkk mempelajari pengaruh elektrokimia dari mikroba pada kawat orthodontik pada saliva buatan dengan atau tanpa saliva. Berdasarkan penemuannya, bakteri sedikit dapat dikurangi resistensinya dan peningkatan proses korosinya. Pelepasan mangan, kromium, nikel dan besi dari kawat memungkinkan terjadinya oksidasi mangan, oksidasi besi, dan bakteri heterptropik pada saliva.

EFEK DARI KONSENTRASI ION FLORIDE

Dalam lingkungan rongga mulut, floride yang terkandung dalam cairan obat kumur, pasta gigi, dan gel profilaktik telah digunakan secara luas untuk mencegah karies gigi atau sensitifitas gigi-geligi maupun untuk membersihkan permukaan rongga mulut setelah aplikasi dari pasta gigi dan sikat gigi. Efek dentrifis dari ion flouride pada resistensi korosi dari Ti atau alloy-Ti telah dilaporkan secara luas. Ion flouride sangat memicu pada proses perlindungan terhadap film TiO2 pada Ti dan alloy-Ti. Gel flouride odontogenik seharusnya dihindari karena dapat memicu lingkungan yang asam yang dapat memicu terjadinya degradasi dari lapisan oksida titanium dan kemungkinan terhadap pencegahan osteointegrasi.

PENELITIAN IN VIVO DAN IN VITRO

Permintaan utama dari beberapa bahan metal yang digunakan dalam rongga mulut adalah harus tidak dapat memproduksi produk korosi yang berbahaya terhadap tubuh. Reed dan Willman mengungkapkan adanya arus galvanik dalam rongga mulut yang pertamakali dijelaskan secara detail. Perkiraan nilai untuk magnitude telah dijelaskan. Burse, dkk mendeskripsikan sebuah penelitian pendahulaun untuk evaluasi tarnish secara in vitro dan menunjukkan pentingnya rasio elemen proper pada komposisi alloy emas. Beberapa percobaan penelitian secara in vitro untuk proses korosi ditunjukkan pada tabel 2, yang dapat menjelaskan penelitian selanjutnya mengenai strategi dari korosi pada impant gigi.

Tufekci, dkk mengungkapkan teknik analitik sensitif yang menunjukkan pelepasan dari elemen individual selama 1 bulan, yang tampaknya berhubungan dengan fase struktural mikro dari alloy.

Telah dicatat perubahan arus galvanik dan telah dilaporkan dalam literatur. Pourbaix, meninjau ulang mengenai metode dari termodinamika elektrokimia ( diagram keseimbangan antara potensial elektroda dengan pH) dan energi kinetik elektrokimia ( kurva polarisasi ) untuk mengetahui dan memprediksi terjadinya korosi dari metal dan alloy dengan keberadaan cairan tubuh.

Sutow, dkk mempelajari korosi dari sulkus/ crevise secara in vitro terhadap bahan implan. Korosi galvanik dari titanium yang berkontak dengan amalgam dan alloy prosthodontik tuang yang diteliti secara in vitro. Tidak terdapat perubahan dari pH pada saat penggunaan emas, kromiun kobalt, stainless steel, komposit karbon, atau alloy palladium sebaga bahan metal yang kontak dengan titanium. Terjadi perubahan pada saat amalgam kontak dengan titanium.

Geis-Gestrofer ,dkk mengemukakan bahwa korosi galvanik dari implant/ sistem supertruktur sangat penting pada dua aspek: (i) possibilitas dari efek biologis yang memungkinkan terjadinya bentukan dissolusi dari komponen alloy dan (ii) aliran arus yang dihasilkan dari korosi galvanik yang memungkinkan terjadinya kerusakan tulang.

Pada penelitian lain, Reclaru dan Meyer memeriksa pengaruh korosi terhadap alloy kedokteran gigi yang berbeda, yang memungkinkan digunakan untuk superstruktural pada arus galvanik dengan titanium. Cortada, dkk juga melaporkan bahwa ion metalik juga dilepaskan pada saliva buatan dari implan titanium dalam rongga mulut yang disandingkan dengan superstruktural metal yang lainnya. Pada pekerjaan ini, pelepasan ion metalik pada implan rongga mulut dimana superstrukturalnya terbuat dari bahan metal dan alloy kedokteran gigi yang berbeda juga telah diteliti.

Penelitian mengenai pengukuran dan evaluasi dari korosi antara titanium dan alloy dalam kedokteran gigi juga diteliti oleh Grosgogeal, dkk dengan menggunaan teknik elektrokimia dan spektrometri auger. Hasilnya menunjukkan bahwa intensitas dari proses korosi merupakan kasus yang jarang terjadi dalam penggunaan Ti/ alloy kedokteran gigi. Tipe dari korosi lain, antara lain korosi pit dan sulkus (crevise) juga perlu untuk dipertimbangkan.

Aparicio, dkk mempelajari pengaruh korosi dari penggunaan titanium murni dibandingkan dengan bahan lain yang berbeda serta ukuran partikalnya untuk aplikasi implan gigi. Hal ini telah diketahui dengan baik bahwa osteointegrasi dari penggunaan titanium murni secara komersil (CP-Ti) pada implan gigi meningkat pada saat metal mengalami letupan saat ditembak dengan tujuan untuk meningkatkan kekasaran permukaannya. Kekasaran ini membuat kolonisasi dari tulang, sehungga dapat meningkatkan fiksasi implan gigi.

Oh dan Kim juga meneliti unsur elektrokimia dari galvanik suprastruktural pada implan titanium. Fotomikrograf setelah pengetesan elektrokimia ditunjukkan oleh korosi pit dan crevis/ sulkus pada jarak antara tepi margin dengan permukaan superstruktural. Sampel pengetesan dari pasangan implan Ti/ Co-Cr menunjukkan kemungkinan terjadinya korosi galvanik, tetapi dengan derajat perbedaan yang tidak bermakna.

Siiril dan knenn mempelajari efek dari pemberian flouride secara topikal pada titanium murni yang dijual secara komersil dan menyimpulkan bahwa penggunaan sikat gigi seharusnya sebisa mungkin tidak menimbulkan efek abrasif pada saat kontak dengan titanium , dan kontaminasi dengan flouride topikal seharusnya juga dihindari. Nakagawa, dkk mempelajari hubungan antara konsentrasi fluoride dengan nilai pH pada proses korosi Ti yang terjadi dengan hadirnya ion fluoride.

Dari peninjauan ulang mengenai literatur di atas, terdapat suatu fakta bahwa monitoring dari potensial korosi dapat membantu dalam indikasi keberadaan dan perluasan korosi galvanik yang terjadi pada implan gigi. Berdasarkan joe, dkk, sangat sulit untuk memprediksi ketentuan klinis dari alloy berdasarkan penelitian in vitro, semenjak ditemukannya beberapa faktor yang dapat mengubah kualitas dan kuantitas saliva, makanan, kebersihan rongga mulut, pemolesan alloy, jumlah dan distribusi dari tekanasn olkusal atau penyikatan dengan pasta gigi yang dapat mempengaruhi korosi pada bebepara derajat . Peningkatan jumlah ion metal pada lingkungan memungkinkan dicegahnya korosi lebih lanjut. Suatu saat terjadi pengkorosian metal yang disebabkan ion yang mengalami saturasi/ pemasakan pada lingkungan perantara. Situasi ini tidak sering terjadi pada restorasi gigi karena pemecahan makanan, cairan, dan penyikatan gigi dapat menyingkirkan ion ini. Sehingga, proses korosi dari restorasi dapat berlanjut.

KESIMPULAN

Menanggapi tentang temuan terkini mengenai metallurgi dan teknologi yang handal dan progresifitas yang cepat dari disain dan perkembangan ilmu bedah dan bahan kedokteran gigi, kadang-kadang masih juga terjadi kegagalan. Satu dari alasan terjadinya kegagalan dari implan gigi yaitu terjadinya proses korosi. Superstruktural yang terpenting/ pasangan implan merupakan salah satu bagian yang mampu menahan kondisi terekstrim yang dapat terjadi dalam rongga mulut. Pemilihan bahan yang digunakan untuk implan seperti implan dengan suprastruktural yang ditanam dalam tulang rahang dapat menjadi masalah yang penting, dan dapat dibuat dengan mengevaluasi korosi galvaniknya. Pada saat suatu mekanisme yang dapat membuat bahan kedokteran gigi dapat diterima oleh jaringan tubuh dan stabilitas struktural secara jelas dimengerti, maka kegagalan implan akan jarang terjadi, sehingga dapat disediakan suatu bahan yang cocok untuk digunakan dan ditempatkan pada sisi yang diindikasikan.