Rabu, 19 Agustus 2009

Furcation Involvement dan fase pemeliharaan..

NAMA : TITIAN PUTRI

NIM : 061610101024

Perawatan Periodontal

Tujuan utama perawatan periodontal tidak hanya menghentikan penyakit periodontal, tetapi juga menggantikan bagian jaringan penyangga yang mengalami kerusakan). Keberhasilan perawatan periodontal sangat bergantung kepada kesempurnaan dalam menghilangkan keradangan gingiva, perdarahan gingiva, mengurangi kedalaman poket, menghentikan proses infeksi, menghentikan pembentukan pus, menghentikan kerusakan jaringan lunak dan tulang, mengurangi kegoyangan gigi, memperbaiki fungsi oklusi, memperbaiki jaringan yang mengalami kerusakan, mencegah rekurensi penyakit, serta mengurangi hilangnya gigi-geligi. Serta dapat meramalkan regenerasi jaringan periodontium pada sisi yang mengalami kerusakan. Regenerasi yang diharapkan antara lain terbentuknya sementum, ligamentum periodontal dan tulang alveolar. Proses regenerasi jaringan, perbaikan jaringan, pembentukan perlekatan baru, merupakan aspek yang terdapat pada proses penyembuhan setelah perawatan periodontal. Regenerasi jaringan periodontium merupakan proses fisiologis yang terus berlanjut.

Rangkaian Perawatan Periodontal

Perawatan periodontal meliputi beberapa fase antara lain , fase I yaitu fase terapi inisial, merupakan fase dengan cara menghilangkan beberapa faktor etiologi yang mungkin terjadi tanpa melakukan tindakan bedah periodontal atau melakukan perawatan restoratif dan prostetik. Berikut ini adalah beberapa prosedur yang dilakukan pada fase I adalah Memberi pendidikan pada pasien tentang kontrol plak, Scaling dan root planning, Perawatan karies dan lesi endodontic, Menghilangkan restorasi gigi yang over kontur dan over hanging, Penyesuaian oklusal (occlusal ajustment), Splinting temporer , Perawatan ortodontik. Yang kemudian dilakukan evaluasi respon terapi fase I, koreksi terhadap deformitas anatomikal seperti poket periodontal, kehilangan gigi dan disharmoni oklusi

Fase II adalah kelanjutan dari evaluasi respon terapi fase I yang berkembang sebagai suatu hasil dari penyakit sebelumnya dan menjadi faktor predisposisi atau rekurensi dari penyakit periodontal. Berikut ini adalah bebertapa prosedur yang dilakukun pada fase ini dilakukan, bedah periodontal untuk mengeliminasi poket dengan cara kuretase gingiva, gingivektomi, prosedur bedah flap periodontal, rekonturing tulang (bedah tulang) dan prosedur regenerasi periodontal (bone and tissue graft). Kemudian Penempatan Implant serta perawatan endodontik.

Terapi fase III (fase restoratif) dengan melakukan Pembuatan restorasi tetap dan alat prostetik yang ideal untuk gigi yang hilang. Dan kemudian dilakukan evaluasi respon terhadap terapi fase III dengan pemeriksaan periodontal.

Dan terakhir adalah terapi fase IV (fase pemeliharaan) dilakukan untuk mencegah terjadinya kekambuhan pada penyakit periodontal. Sehigga perlu dilakukan control periodic. Berikut ini adalah beberapa prosedur yang dilakukan pada fase ini adalah riwayat medis dan riwayat gigi pasien, Reevalusi kesehatan periodontal setiap 6 bulan dengan mencatat scor plak, ada tidaknya inflamasi gingiva, kedalaman poket dan mobilitas gigi, Melekukan radiografi untuk mengetahui perkembangan periodontal dan tulang alveolar tiap 3 atau 4 tahun sekali, Scalling dan polishing tiap 6 bulan seksli, tergantung dari evektivitas kontrol plak pasien dan pada kecenderungan pembentukan kalkulus, Aplikasi tablet fluoride secara topikal untuk mencegah karies. Keinginan dan kemampuan pasien dalam memelihara diri sendiri selama fase perawatan merupakan langkah yang paling penting.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan

Proses penyembuhan pada dasarnya sama untuk setiap jenis perawatan. Proses regenerasi jaringan, perbaikan jaringan, pembentukan perlekatan baru merupakan aspek yang terdapat pada penyembuhan setelab perawatan periodontal.

Beberapa istilah perlu dibedakan dalam hubungannya dengan proses penyembuhan dan regenerasi jaringan periodontium. Istilah reattachment atau perlekatan kembali digunakan untuk menerangkan proses regenerasi struktur jaringan penyangga gigi setelah suatu perawatan. Perlekatan kembali lebih ditujukan untuk menerangkan adanya reunion jaringan ikat dengan akar gigi yang terpisah karena adanya injury atau insisi. Keadaan tersebut misalnya: setelah suatu tindakan bedah, trauma daerah sementum, fraktur gigi, atau perawatan lesi periapikal. Istilah new attachment atau perlekatan baru menerangkan proses reunion jaringan ikat dengan permukaan akar gigi yang terbuka karena proses patologis. Pada keadaan ini terjadi pembentukan serat ligamentum baru yang tertanam pada sementum baru dan melekatnya epitel gingiva pada permukaan akar gigi yang terbuka sebelumnya karena proses penyakit. Adaptasi epitel atau epithelial adaptation berbeda dengan perlekatan baru. Pada keadaan ini epitel gingiva melekat ke permukaan akar gigi, karena perawatan poket yang tidak sempurna sebelumnya. Probe tidak dapat masuk ke dalam celah poket. Menurut penelitian sulkus gingiva yang dalam ini dibatasi oleh epitel yang panjang, tipis, tahan terhadap penyakit dan merupakan perlekatan jaringan ikat sebenarnya. Tetapi Nyman dan kawan-kawan menyatakan bahwa jaringan ikat gingiva tidak mempunyai kemampuan untuk membentuk perlekatan jaringan ikat baru pada permukaan gigi yang terbuka karena proses penyakit.

Proses penyembuhan dipengaruhi oleh faktor lokal dan sistemik. Faktor lokal seperti kontaminasi mikroorganisme, oklusi merupakan faktor yang sering menghambat penyembuhan jaringan. Menghilangkan plak dan semua factor yang mempermudah retensi plak serta menghilangkan tekanan yang berlebihan, dapat meningkatkan regenerasi tulang dan menghasilkan perlekatan jaringan baru. Kelainan sistemik dapat mempengaruhi atau menghambat penyembuhan jaringan setelah perawatan periodontal; penyembuhan jaringan akan terhambat pada penderita dengan infeksi menyeluruh, penderita Diabetes Meilitus, pada keadaan defisiensi nutrisi tertentu, penderita dengan penyakit infeksi yangt melemahkan tubuh.

Faktor hormonal juga berpengaruh; pemberian glukokortikoid seperti kortison dapat menghalangi proses perbaikan jaringan, menekan reaksi radang atau menghambat pertumbuhan fibrobias, pembentuk kolagen dan sel endotel. Stres sistemik, pengangkatan kelenjar tiroid, pemberian hormon testosteron, hormon adenokortikotropik dan estrogen dalam dosis besar, akan menekan pembentukan jaringan granulasi serta menghambat penyembuhan.

Evaluasi Keberhasilan Perawatan Jaringan Periodonsium

Evaluasi keberhasilan perawatan periodontal kadang-kadang agak sukar diketahui secara klinik maupun eksperimental. Keberhasilan perawatan dapat dilihat secara klinis, radiografis, tindakan bedah, atau secara histologis. Metode klinis yang digunakan dengan membandingkan keadaan sebelum dan sesudah probing. Tiga cara probing yang dilakukan yaitu pengukuran kedalaman poket, tinggi perlekatan, dan tinggi tulang. Menentukan tinggi perlekatan lebih penting daripada pengukuran poket. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan tepi gingiva setelah perawatan. Beberapa penelitian telah dilakukan terhadap pengaruh penetrasi probing kedalaman poket. Penetrasi probing ini sangat bervariasi bergantung kepada derajat keradangan jaringan, yang secara langsung berpengaruh terhadap dasar poket. Probing mungkin tidak mencatat kedalaman poket yang sebenarnya, tetapi merupakan hasil penetrasi probe ke jaringan periodontium, sehingga menghasilkan perkiraan yang berlebihan dan kedalaman poket.

Penilaian klinis jaringan keras memerlukan re-entry surgery atau pembedahan kedua setelah periode penyembuhan. Tindakan ini biasanya dilakukan 6 sampai 12 bulan setelah pembedahan pertama. Pembedahan kedua ini biasanya berjalan lebih cepat dan trauma yang terjadi lebih sedikit. Jika pengukuran ini dikombinasi dengan penilaian klinis jaringan lunak, dapat memberikan informasi yang bermanfaat sesuai tujuan perawatan yaitu regenerasi jaringan periodontium. Penilaian dilakukan dengan membuat model cetakan tulang pada waktu pembedahan pertama dan pembedahan kedua,yang kemudian dibandingkan. Teknik pengukuran secara linear terhadap perubahan jaringan keras gigi, ditentukan dan beberapa titik yaitu:

· Tinggi puncak tulang alveolar, yaitu jarak dan batas semen enamel ke puncak tulang alveolar

· Kehilangan tulang, yaitu jarak dari batas semen enamel ke dasar kerusakan tulang

· Dalamnya kerusakan, yaitu jarak dan puncak tulang alveolar ke dasar kerusakan Tulang

· Kedalaman probing pada kerusakan daerah furkasi horizontal, yaitu jarak dan permukaan bukal atau lingual daerah furkasi yang mengalami kerusakán, ke permukaan luar dan kedudukan probe pada lekukan furkasi.

untuk menilai regenerasi tulang alveolar pemeriksaan probing secara klinis. Pemakaian teknik digital komputer substraction radiography akan menghasilkan gambar yang baik. Hasilnya dapat memperlihatkan perubahan tinggi puncak tulang dan dasan kerusakan yang berdekatan dengân permukaan akar, perubahan kepadatan tulang, perubahan persentasi jaringan penyangga gigi pada setiap akar gigi.

Analisis radiografis dan re-entry operations dilakukan untuk mengukun regenerasi tulang pada kerusakan tulang angular sebelum dan sesudah perawatan. Analisis ini tidak dapat memperlihatkan adanya pembentukan sementum baru pada permukaan

akar dan ligamentum periodontal baru. Regenerasi jaringan periodontium dan perlekatan baru hanya dapat ditentukan secara tepat melalui pemeriksaan mikroskopis. Penilaian regenerasi jaringan diperlukan bukti adanya sementum baru dan pertumbuhan ligamentum periodontal ke arah koronal tulang alveolar, serta pembentukan perlekatan baru secara sempurna. Penilaian histologis perlekatan baru hanya membutuhkan. bukti terbentuknya sementum baru dengan pertumbuhan serat kolagen di antaranya. (Syafril, 1996:24-27)

Debridemen akar periodontal merupakan salah satu komponen vital dalam terapi pembedahan dan non-bedah. Karakteristik penting dalam perawatan periodontitis adalah pembersihan deposit bakteri dan kalkulus subgingival secara mekanis.

Berusaha untuk menghindari trauma pada bagian paling koronal perlekatan jaringan ikat dengan menginsersikan kuret 1 mm lebih dangkal dibandingkan kedalaman probing poket. Hasil penelitian tersebut tidak menemukan perbedaan kedalaman probing poket dan rata-rata tinggi perlekatan probing dinyatakan signifikan antara gigi uji [kuret diletakkan 1 mm lebih dangkal dari dasar poket] dengan kontrol, pada 1 dan 3 bulan setelah perawatan. Mereka menyatakan bahwa dibandingkan dengan pembersihan deposit subgingival yang efektif, trauma pada bagian paling koronal jaringan ikat dan remodelling lesi pada daerah tersebut setelah prosedur skeling dan root planning, bukanlah faktor yang penting. Jadi, jika digunakan selama debridemen, penetrasi Ultrasonic Tip yang dalam dapat meningkatkan resiko trauma pada bagian koronal perlekatan jaringan ikat, dibandingkan dengan kuret Gracey, namun hal ini bukanlah faktor utama dalam hasil perawatan klinis.(Erha, 2009)

Fase Pemeliharaan Dental Implant

Keadaan oral higine dan kontak oklusal yang baik, merupakan syarat keberhasilan jangka panjang fungsi implant, karena apabila keadaan oral higine yang buruk dan terdapat traumatik oklusal akan menyebabkan kerusakan tulang penyangga. Setelah pemasangan implant di dalam mulut pemeriksaan kontrol plak adalah yang pertama kali dilakukan dan dimonitor secara terus-menerus. Secara superstruktur implant tampak berbenjol-benjol dan overkontur, di mana hal ini menyebabkan prosedur homecare menjadi lebih sulit. Biasanya pasien implant kurang di dalam perawatan homecare. Oleh karena itu pasien diharuskan kontrol dalam interval 3 bulan pada tahun pertama dan setelah itu kontrol secara berkala. Pasien juga harus diberikan perawan penunjang lainnya. Pada setiap kunjungan perawatan meliputi evaluasi oral higine, keharmonisan oklusal, stabilitas implant dan protesa, pemantauan seluruh jaringan lunak dan keras peri-implant dan pemeriksaan radiografis. (Rintoko, 2009)

Furcation Involvement

Eksposur-pembelahan yang merupakan daerah di mana banyak menyimpang dari akar gigi. Pencabangan atau keterlibatan eksposur terjadi sekunder untuk penyakit periodontal. Sudut pencabangan penyakit dapat direkam dalam berbagai grade:

Grade I

furkasi awal, berhubungan dengan poket suprabony, terjadi bone loss awal tetapi tidak terlihat jelas secara radiographically. depresi pembelahan di area yang lebih luas kurang dari setengah jalan di bawah mahkota dalam multirooted gigi

furkasi pada bukal molar pertama

saat bedah minimal boneloss pd furkasi

Grade II

Terdapat pasti komponen horisontal ke tulang, dapat mengenai furkasi gigi yang sama, tetapi tulang tetap melekat pada gigi sehingga banyak bidang furcal kehilangan tulang. jika ada, tidak berhubungan. bila ada depresi pembelahan di wilayah meluas lebih dari setengah jalan di bawah mahkota tetapi tidak terus-menerus.

earlygradeII,dengan poket 5mm pada molar

early gradeII, terdapat boneloss

moderate gradeII, horizontal boneloss terlihat pada bagian bukal.

gmbr.radiograpic sebagai bukti boneloss

Grade III

Bone tidak lagi melekat pada furkasi gigi. Pada awal kelas III luka, jaringan lunak yang masih menutup jalan pencabangan, sehingga sulit untuk dideteksi. bila ada periodontal probe meluas "terus-menerus" dari satu sisi pencabangan dari yang lain..

pada molar pertama

GradeIII, sisi distal-mesial molar pertama

Grade IV

Menjelaskan melalui luka yang cukup berkelanjutan, kerusakan tulang interdental, terlihat secara klinis, furkasi terbuka. (Wikipedia, 2009)

FI grade IV pada gigi rahang atas

early gradeIV pada mesial premolar pertama

Untuk Furcation involvement diperlukan perawatan antara lain scaling dan root planing , furcation plasty, root resection, regenerasi dan ekstraksi

Furcation Plasty

Furcation plasty terdiri dari odontoplasty & osteoplasty, sebatas jalan masuk furkasi serta dilakukan terutama pada furkasi bukal dan lingual.

Odontoplasty

Merupakan bedah yang mengkontur dari permukaan gigi untuk meningkatkan plak kontrol dan gingiva . Dengan indikasi, pengasahan selektif grinding dan polishing untuk membuat plak kurang retentif.

Odontoplasty 1Odontoplasty 1

Menggunakan 12 blade flame (atau barel), FG diamond burs atau batu putih FG duri dengan air coolant, diikuti dengan polishing menggunakan rubber cup dan fluoride untuk mengurangi sensitivitas.(Veterinary, 2002)

Osteoplasty

Bedah perbaikan atau perubahan dari tulang. Juga disebut tulang okulasi. Dalam kedokteran gigi, bedah resection dari struktur bertulang untuk membentuk atau memperbaiki kontur dari Gusi.

Root Resection Therapy

  • Dalam kasus-kasus gigi dengan akar kedekatan.
  • Dalam kasus pencabangan kelas III.
  • Tinggal sedikit di sekitar daerah akan tipis, oleh karena itu terpengaruh root dapat dihilangkan.

Tujuan dari prosedur Resective

  • Menghilangkan dan mengurangi poket
  • Jaringan fisiologis gingival diadaptasi ke tulang alveolar dan apical ke situs pra bedah.
  • Mempertahankan kondisi klinis.

Persyaratan untuk Resective prosedur

  • Akses root instrumentasi tepat.
  • Untuk akses yang alveolar crest
  • Mempertahankan memadai gingiva band yang terpasang.
  • Meminimalkan alveolar crest tinggi.
  • Mempertahankan tingkat klinis lampiran pada basis jangka panjang.
  • Mengurangi probing. (Fatin, 2009)

Ekstraksi

Px tdk dpt melakukan kontrol plak scr adequat, aktivitas karies tinggi, tdk dpt melakukan program pemeliharaan yg sesuai atau mempunyai faktor sosial ekonomi yg dpt menghalangi dilaku-dilakukannya perawatan yg lbh kompleks serta pada attachment loss yang lanjut dan pada furcation involvement grade III dan IV

DAFTAR PUSTAKA

Erha, dhini. 2009.Dental Minded. http://dhinierha.blogspot.com/2009/08/kedalaman-penetrasi

menggunakan-insert.html

Rintoko, Bimo, 2009.Aspek Klinis Dental implant.http://hiin.facebook.comtopi

php?uid=32159633485&topic=9563.

Syafril, Yuniarti. 1996.Regenerasi Jaringan Periodontium Setelah Perawatan

Periodontal.Jakarta: UI press.

Fatin. 2009. Surgery Periodontal. http://faculty.ksu.edu.sa/fatin/Pictures%2520Library/

per.sx.ppt&efurcation

Veterinary, Dentistry. 2002.http://www.link.vet.ed.ac.uk/clive/cal/Dentistry/Website/

Periodontal/perSurgery/odontoplasty.html

Wikipedia, 2009. http://en.wikipedia.org/wiki/Furcation_defect



Tidak ada komentar:

Posting Komentar