Selasa, 16 Maret 2010

KUSTA

PENYAKIT KUSTA
TITIAN PUTRI
DEMOGRAFRI
FAK.KEDOKTERAN GIGI

Penyakit kusta adalah salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai masalah sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan nasional. Penyakit kusta pada umumnya sering dijumpai di negara-negara yang sedang berkembang sebagai akibat keterbatasan kemampuan negara dalam pemberian pelayanan kesehatan yang baik dan memadai kepada masyarakat. Penyakit kusta sampai saat ini masih ditakuti masyarakat, keluarga termasuk sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan masih kurangnya pengetahuan/pengertian, kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan cacat yang ditimbulkannya. Kuman kusta biasanya menyerang saraf tepi kulit dan jaringan tubuh lainnya.

Sumber penularan penyakit ini adalah penderita kusta multi basilet (MB) atau kusta basah. Di Indonesia penderita kusta terdapat hampir diseluruh daerah dengan penyebaran yang tidak merata. Suatu kenyataan, di Indonesia bagian Timur terdapat angka kesakitan kusta yang lebih tinggi.

Penderita kusta 90% tinggal diantara keluarga mereka dan hanya beberapa persen saja yang tinggal dirumah sakit kusta, koloni penampungan atau perkampungan kusta. Prevalensi kusta di Indonesia cenderung menurun dari tahun ke tahun. Tahun 1986 ditemukan 7,6 per 10.000 penduduk menjadi 5,9 per 10.000 penduduk. Pada tahun 1994 terjadi lagi penurunan menjadi 2,2 per 10.000 penduduk dan menjadi 1,39 per 10.000 penduduk pada tahun 1997.Penurunan prevalensi penyakit kusta ini karena kemajuan di bidang teknologi promotif, pencegahan, pengobatan serta pemulihan kesehatan di bidang penyakit kusta.

Suatu penyataan bahwa sebagian besar penderita kusta adalah dari golongan ekonomi lemah. Perkembangan penyakit pada diri penderita bila tidak ditangani secara cermat dapat menimbulkan cacat dan keadaan ini menjadi halangan bagi penderita kusta dalam kehidupan bermasyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosial ekonomi mereka, juga tidak dapat berperan serta dalam pembangunan bangsa dan negara.

PEMBAHASAN

2.1 Munculnya Penyakit Kusta

Penyebab penyakit kusta ialah suatu kuman yang disebut Mycobacterium leprae atau juga dikenali sebagai penyakit Hansen. Nama penyakit Hansen datang daripada orang yang menjumpai Mycobacterium leprae, G. A. Hansen. Pengidap penyakit Hansen biasanya dipanggil pesakit kusta atau dalam bahasa Inggeris lepers. Serangan kuman yang berbentuk batang ini biasanya pada kulit, saraf, mata, selaput lendir hidung, otot, tulang, dan buah zakar.

Penyakit kusta terdapat dalam bermacam-macam bentuk. Bentuk leproma mempunyai kelainan kulit yang tersebar secara simetris pada tubuh. Bentuk ini menular karena kelainan kulitnya mengandung banyak kuman.
Ada juga bentuk tuberkuloid yang mempunyai kelainan pada jaringan syaraf yang mengakibatkan cacat pada tubuh. Bentuk ini tidak menular karena kelainan kulitnya mengandung sedikit kuman. Di antara bentuk leproma dan tuberkuloid ada bentuk peralihan yang bersifat stabil dan mudah berubah-ubah.

(a) bentuk Leproma (b) bentuk Tuberkuloid

Penyakit ini ditularkan melalui kontak erat dari kulit ke kulit dalam waktu yang cukup lama. Namun, ada dugaan bahwa penyakit ini juga dapat ditularkan melalui udara pernapasan dari penderita yang selaput hidungnya terkena. Tidak semua orang yang berkontak dengan kuman penyebab akan menderita penyakit kusta. Hanya sedikit saja yang kemudian tertulari, sementara yang lain mempunyai kekebalan alami.
Masa inkubasi penyakit ini dapat sampai belasan tahun. Gejala awal penyakit ini biasanya berupa kelainan kulit seperti panau yang disertai hilangnya rasa raba pada kelainan kulit tersebut.

Gejala pada kulit penderita kusta adalah pada kulit terjadi benjol-benjol kecil berwarna merah muda atau ungu. Benjolan kecil ini menyebar berkelompok dan biasanya terdapat pada mata dan mungkin juga timbul di hidung hingga menyebabkan perdarahan.
Gejala pada saraf, berkurangnya perasaan pada anggota badan atau bagian tubuh yang terkena. Kadang-kadang terdapat radang syaraf yang nyeri. Adakalanya kaki dan tangan berubah bentuknya. Jari kaki sering hilang akibat serangan penyakit ini. Penderita merasa demam akibat reaksi penyakit tersebut.

(penderita mengalami benjolan benjolan kecil berkelompok)

2.2 Cara Penularan Penyakit Kusta

Penyakit kusta dapat ditularkan dari penderita kusta tipe Multi basiller (MB) kepada orang lain dengan cara penularan langsung. Cara penularan yang pasti belum diketahui, tetapi sebagian besar para ahli berpendapat bahwa penyakit kusta dapat ditularkan melalui saluran pernafasan dan kulit. Timbulnya kusta bagi seseorang tidak mudah, dan tidak perlu ditakuti tergantung dari beberapa faktor antara lain :

1. Faktor Sumber Penularan.

2. Faktor Kuman Kusta

3. Faktor Daya Tahan Tubuh.

2.3 Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan klinis yang diteliti dan lengkap selain dari anamnese, adalah sangat penting dilakukan dalam rangka menegakkan diagnosa penyakit kusta. Adapun pemeriksaan klinis yang sering dilakukan adalah pemeriksaan kulit, pemeriksaan rasa raba pada kelainan kulit, pemeriksaan raba syaraf tepi dan fungsinya pada orang yang diduga sudah terpapar dengan agent penyebab penyakit kusta.

A. Pemeriksaan Rasa Raba pada kelainan kulit

Pemeriksaan terhadap anastesi, antara lain seperti menggunakan

Sebuah alat besi dipakai untuk memeriksa rasa raba. Periksalah

dengan ujung dari alat besi secara tegak lurus pada kelainan kulit yang

dicurigai.Yang diperiksa harus duduk pada waktu pemeriksaan. Terlebih dahulu

petugas menerangkan bahwa bila mana merasa tersentu bagian tubuhnya dengan

besi, ia harus menunjukkan kulit yang tersinggu dengan telunjuknya.

B. Pemeriksaan Raba Syaraf Tepi dan Fungsinya.

Raba dengan teliti urat syaraf tepi berikut nervus auricularis magnus, n. ulnaris, n.

radialis, n. medianus, n. tibiali posterior. Proses terjadinya cacat kusta,,

C. Pemeriksaan Pandang.

a) Pemeriksaan dimulai dengan orang yang diperiksa berhadapan dengan petugas dan

dimulai dari kepala (muka, cuping telinga kiri, cuping telinga kanan, pipi kanan,

hidung, mulut, bersiul dan tertawa untuk mengetahui fungsi syaraf muka. Semua

kelainan kulit diperhatikan.

b) Pundak kanan, lengan bagian belakang, tangan, jari-jari tangan (penderita

meluruskan tangan, telapak tangan kebawah kemudian diputar keatas), telapak \

tangan lengan bagian dalam, ketiak, dada dan perut kepundak kiri, lengan kiri dan

seterusnya(putarlah penderita pelan-pelan dari sisi yang satu kesisi yang lainnya

untuk melihat sampingnya pada waktu pemeriksaan dan dan perut.

c) Tungkai kanan bagian luar dari atas kebawah, bagian dalam dari bawah keatas,

tungkai kiri dengan cara yang sama.

d) Yang diperiksa kini diputar sehingga membelakangi petugas dan pemeriksaan

dimulai lagi dari bagian belakang telinga, bagian belakang leher, punggung, pantat,

tungkai bagian belakang dan telapak

Perhatikan setiap bercak (makula), bintil-bintil (nodulus), jaringan parut, kulit yang

keriput, dan setiap penebalan kulit. Bila mana meragukan, putarlar penderita

perlahan-lahan dan periksa pada jarak kira-kira ½ meter. Bilamana ditemukan

tandatanda, catatlah jumlahnya, besarnya dan temapatnya pada kartu pemerksaan.

2.4 Pengobatan Penyakit Kusta

Dalam hal pengobatan pada penderita penyakit kusta, adalah tujuan yang harus dicapai untuk menyembuhkan penderita kusta dan mencegah timbulnya cacat. Pada penderita tipe pausi basiler yang berobat dini danteratur akan cepat sembuh tampa menimbulkan cacat. Akan tetapi bagi penderita yang sudah dalam keadaan cacat permanen pengobatan hanya dapat mencegah cacat yang lebih lanjut. Bila penderita kusta tidak makan obat secara teratur, maka kuman kusta dapat menjadi aktif kembali, sehingga timbul gejala-gejala baru pada kulit dan syaraf yang dapat memperburuk keadaan. Dalam pengobatan penyakit kusta ini perlu juga diperhatikan memutuskan mata rantai penularan dari penderita kusta terutama tipe yang menular kepada orang lain.

Pengobatan penderita kusta ditujukan untuk mematikan kuman kusta sehingga tidak berdaya merusak jaringan tubuh, dan tanda-tanda penyakit menjadi kurang aktif dan akhirnya hilang. Dengan hancurnya kuman maka sumber penularan dari penderita terutama tipe MB keorang lain terputus. Obat-obat yang biasanya dipergunakan adalah : Dapsone (DDS), singkatan dari Diamino Diphenyl Sulfone. Bentuk obat berupa tablet warna putih dengan takaran 50 mg/tab dan 100mg/tablet. Sifat bakteriostatik yaitu menghalangi/menghambat pertumbuhan kuman kusta. Efek samping dari obat ini jarang terjadi hanya kadang-kadang terjadi anemia hemolitik, alergi kulit seperti halnya obat lain.

Selain dapsone ada obat lain yang bernama lamprene (B663) juga disebut Clofazimine. Bentuk obat ini kapsul berwarna coklat. Ada takara 50 mg/kapsul dan 100mg/kapsul. Sifat dari obat ini Bakteriostatik yaitu menghambat pertumbuhan kuman kusta dan menekan reaksi. Efek samping dari obat lamprene adalah terjadi perubahan warna kulit terutama pada infiltrate berwarna ungu sampai kehitaman yang dapat hilang bila pemberian obat lamprene distop. Selainitu juga terjadi gangguan saluran pencernaan.

KESIMPULAN

· kusta ialah suatu kuman yang disebut Mycobacterium leprae atau juga dikenali sebagai penyakit Hansen. Nama penyakit Hansen datang daripada orang yang menjumpai Mycobacterium leprae, G. A. Hansen. Pengidap penyakit Hansen biasanya dipanggil pesakit kusta

· Penyakit kusta adalah salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai masalah sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan nasional.

· Bentuk leproma mempunyai kelainan kulit yang tersebar secara simetris pada tubuh. Bentuk ini menular karena kelainan kulitnya mengandung banyak kuman. Ada juga bentuk tuberkuloid yang mempunyai kelainan pada jaringan syaraf yang mengakibatkan cacat pada tubuh. Bentuk ini tidak menular karena kelainan kulitnya mengandung sedikit kuman. Di antara bentuk leproma dan tuberkuloid ada bentuk peralihan yang bersifat stabil dan mudah berubah-ubah.

· Penyakit kusta dapat ditularkan dari penderita kusta tipe Multi basiller (MB) kepada orang lain dengan cara penularan langsung dan dapat pula ditularkan melalui saluran pernafasan dan kulit.

· Untuk menetapakan diagnosa penyakit kusta dicari tanda-tanda pokok atau

“cardinal signs” pada badan yaitu :

1. Adanya kelainan kulit

2. Berkurang sampai hilang rasa pada kelainan kulit tersebut diatas.

3. Penebalan syaraf tepi.

4. Adanya kuman tahan asam didalam korekan jaringan kulit

· Pengobatan penderita kusta ditujukan untuk mematikan kuman kusta sehingga tidak berdaya merusak jaringan tubuh, dan tanda-tanda penyakit menjadi kurang aktif dan akhirnya hilang.. Obat-obat yang biasanya dipergunakan adalah : Dapsone (DDS)Diamino Diphenyl Sulfone.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar